Minggu, 17 April 2016

I am Quit from this Game (Menyerah)

04 April 2016

Dalam hal percintaan kita pasti pernah mengagumi seseorang dan rasa tumbuh berasal dari kita terlebih dahulu. Dan seseorang tersebut menjadi salah satu obsesi dalam hidup kita. Tanpa kita sadari kita mulai menghiraukan seseoraang yang berda di belakang kita bahkan seseorang yang berada disamping kita. Karena obsesi itu juga kita mengorbankan segala sesuatu hal-hal yang dari kecil hingga besar. kita jadi selalu melihat kedepan, kedepan, kedepan fokus pada obsesi tersebut, meskipun tidak ada timbal balik dengan sikap kita tadi.

Sikap yang tersebut pun pasti ada batasnya. Selalu mengejar itu lebih cepat lelah duluan karena kita tidak tahu kapan akan mampu menyusulnya. Bahkan yang kita kerjarpun tak pernah menenggok kebelakang. Mungkin dia belum bisa melepaskan sesuatu yang pernah ada di belakangnya.

Bahkan dengan mengejarnya kita perlahan melupakan seseorang yang sebelumnya berjalan beriringan degan kita. dan kita juga melupakan seseorang yang berada di belakang kita.

Andaikan seseorang yang kita kejar berhenti di depan kita dan kemudian berkata "berhentilah mengejarku". Pasti kita akan lebih cepat menyelesaikan permainan ini meskipun tidak sampai pada tujuan. Setelah itu pun kita akan berehenti, istirahat menunggu kembali sesorang yang berda dibelakang kita untuk diajak berjalan beriringan tanpa harus berlari.

Tapi sesorang yang kita kejar diam, tanpa ada kepastian seolah memberikan kita harap tapi seolah tak ada harap balik. Membiarkan kita mengejar tapi dia tak berhenti ataupun menunggu kita.

Dan sampai akhirnya kita yang menyerah, lelah dengan obsesi. Meskipun kata menyerah pantas disematkan untuk para pecundang, tapi tak apa. Kita juga manusia yang punya rasa capek.

"Berhenti, membiarkan dia berlari sendiri."
"Biarkan rasa ini seperti embun pagi, yang perlahan menghilang karena sinar matahari."

ALON(e) - Wahid Muklsin