Jumat, 30 Desember 2016

Change Mindset, Make Your Move, Make Your Creation


Wahid Muklisin - Gak terasa ya teman besok sudah hari terakhir di tahun 2016. Pencapaian apa yang sudah kalian dapat di tahun 2016 ini? tinggalin di kolom komentar ya.



Kalau pencapaian terbesar saya di tahun 2016 ini gak lain dan gak bukan yakni WISUDA. yeyeyeye
Seneng banget lah pokoknya. hahaha

Ya gimana gak seneng kuliah sudah lebih empat tahun, ngerjain skripsi sudah lebih dari setahun, terus sudah puluhan kali harus jawab pertanyaan "Kapan Wisuda?", Dan akhirnya di tanggal 12 November 2016 toga saya dipindahin rektor dari kiri ke kanan, di saksikan kedua orang tua dengan senyum bangganya. Thats is awasome.

Melihat teman-teman terdekat senyum bersama di hari wisuda juga suatu yang membahagiakan. Semoga kalian juga cepet nyusul ya teman. Amien.



Kalau pencapaian yang lainnya paling ya, yang biasa-biasa aja lah. Masih dapat kumpul dengan teman di kontrakan, maen gaple. Sesekali masih bisa kumpul juga dengan teman-teman di rumah, walupun cuman sebentar.

Yang membuat saya senang juga di tahun ini, teman terdekat saya sudah ada yang menikah. Turut bahagia lah pokoknya.

Ya, walaupun saya sudah masuk tahun yang kesekian masih bisa mempertahankan status saya. yeeeee Suatu prestasi yang membanggakan (dibaca: menyedihkan). hahaha. Iiisss jangan curiga dulu, karena saya masih belum menemukan yang cocok (padahal gagal mulu). 




Lanjut lagi yang serius,  Kayaknya juga di tahun depan lebih banyak lagi teman-teman saya yang akan memutuskan status bujangnya (menikah).

Jangan ditanya saya kapan akan nyusul mereka. Soalnya saya belom kepikiran, (iya, gimana mau kepikiran pasangan aja gak punya). hahahaha.

(Curcol mulu ne penulisnya, kayaknya lagi baper neee), Iya, Maaf soalnya kan gak ada temen deket yang bisa ajak curhat, makanya curhat di blog, (emang ada yang baca), Kayaknya gak da juga. hahahaha

(Sekarang nulis yang serius dong, becanda mulu ne).

Oke,

Sudah melepas status mahasiswa itu lumayan berat ya. Cari kerjaan susahnya sama kayak nyari pasangan, terus mau minta uang jajan ke orang tua, malu. Rasa-rasanya masih belum siap untuk naik satu tangga dalam kehidupan, tapi ya gimana lagi. Siap-siap gak siap harus di hadapi.

Dan pokoknya saya bersyukur banget atas apa yang sudah saya capai di tahun 2016 ini. Dari pencapaian yang terkecil hingga yang besar.

Dan yang tidak ketinggalan juga, di tahun ini saya bisa berkomunikasi dengannya (setelah sekian lama), walaupun belum lancar juga komunikasinya. Doain aja lah siapa tahu di tahun depan saya bisa lebih lancar lagi komunikasi dengannnya.
(Siapa itu?), Hanya saya, dia, bbm, dan Allah yang tahu. hahahaha

Keasyikan curhat, saya sampai lupa ni. Saya mau ngucapin Selamat Tahun Baru 2017 untuk kita semua. yeyeye. telolet om.

Semoga di tahun depan kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik, untuk diri kita sendiri, untuk kedua orang tua, untuk keluarga, untuk teman, untuk pasangan (emang situ punya?), iya, nyari dulu lah, hahaha, lanjut lagi, untuk masyarakat, untuk agama, untuk bangsa dan negara, untuk dunia dan alam semesta berserta isi-isinya. (banyak banget ya).

Kalau ngomongin tahun 2017, pasti kita semua punya keinginan atau harapan yang ingin diwujudkan. atau istilahnya itu"resolusi". Tulis di kolom komentar ya, apa resolusi atau harapan kalian di tahun depan.

Sebelum saya jelasin harapan apa saja yang saya inginkan di tahun depan, saya mau jelasin dulu apa maksud dari judul tulisan kali ini, "Change Mindset, Make Your Move, Make Your Creation"




Jadi maksudnya,
"Change Mindset" yakni kita harus merubah pola pikir kita, merubah cara pandang kita dalam menghadi suatu hal.
"Make Your Move" yakni kita harus berani membuat perubahan dalam diri kita, berani keluar dari zona nyaman kita, mencari hal-hal baru di luar kebiasaan kita.
"Make Your Creation" yakni setelah semua itu dapat kita lakukan, kita harus berani membuat suatu karya nyata yang dapat kita banggakan. Iya, walupun nanti hasilnya belum memuaskan.

Pahamkan maksudnya? kalau belum paham bisa hubungi saya langsung. hehe

Jadi lanjut lagi, harapan saya di tahun depan yakni, secepatnya saja saya dapat kerjaan biar uang jajan gak minta ke orang tua lagi. Terus saya berharap masih bisa kumpul dengan (salah satu) teman-teman terdekat saya, kalau gak teman-teman yang di kontrakan berarti teman-teman yang ada di dusun.

Terus semoga saya dapat konsisten nulis di blog ini, supaya karya yang saya rencanakan dapat terwujud, kalau mau tahu karyanya apa, gambar posternya ada bawah ini, gambar ini juga sudah saya share di sosial media saya, semoga sajalah dapat terwujud. Siapa tahu juga bisa terwujud bisa jadi buku (ngarep banget ne). 
Semoga juga saya dapat melanjutkan CerBung yang sudah pernah saya tulis sampai Chapter 05 kemudian terbengkalai sampai sekarang.



Mungkin cukup itu saja yang saya tulisakan mengenai beberapa harapan saya di tahun 2017.

(kayaknya ada yang ketinggalan di tulis ini?), Apa lagi sih.

(gak mengharapkan dapet pasangan di tahun 2017, masih betah jomblo terus?)
oh itu, kalo itu mah gak harus ditulis juga. Maslahnya sudah dari tahun-tahun kemarin sudah diharepin tapikan tetap saja. Ntar kalo di tulis, terus gak dapet-dapet, kan jadi malu, hahaha

cukup sekian dulu tulisan terakhir saya di tahun 2016 ini. kalau ada yang salah di tulisan saya selama ini, saya mohon maaf. Sampai jumpa dengan tulisan saya di tahun 2017.

#SeeNextYear
#SalamKreatif
#SelaluBerkarya

Tambahan:  saya mau bagi satu lagu yang enak banget untuk di denger, lagu dari "Niall Horran" yang judulnya "This Town", lagu ini adalah single pertamanya setelah One Direction vakum.
silahkan dinikmati lagunya, tapi pesen saya jangan sampai baper ya. hehe



Sumber: youtube.com

Rabu, 28 Desember 2016

Sajak pertama

Kali ini saya akan membagikan beberapa sajak yang pernah saya buat untuk akun instagram saya yang nama nya @quot.everything. Tapi karena lupa password jadi gak bisa lanjut lagi. Sajak yang akan saya bagikan kali ini tentang keberadaan seseorang yang tidak dianggap oleh seseorang yang berarti baginya. langsung saja.



Sajak di atas bercerita tentang seseorang yang selalu menuliskan kebahagiannya karena kekagumamnnya dengan seseorang, tulisan tersebut dapat berupa puisi, cerpen, sajak, maupun lainnya.

Tetapi tetap saja tulisan-tulisan tersebut tidak mampu membuat orang tersebut menjadi berarti untuk orang yang dia kagumi. Seperti halnya dirinya yang mencoba selalu ada yang tidak dapat jua berarti bagi seseorang tersebut.

Sekian dulu sajak pertama yang saya bagikan kali ini. Tunggu saja sajak-sajak lainnya. Jika ada saran maupun tanggapan dari teman-teman silahkan tinggalkan di kolom komentar. Jika kalian suka dengan sajak tersebut silahkan kalian download, serta bagikan tulisan ini ke sosial media lainnya.


#SalamKreatif
#SelaluBerkarya 

Senin, 26 Desember 2016

"KEBODOHAN" yang terulang kembali

Apa kabar teman-teman? Aku harap baik saja ya,

Dan masih adakah yang membuka blog ini, saya saja sudah lama sekali gak buka. Sepertinya terakhir kali saya nulis diblog ini sekitar bulan Agustus. Karena beberapa bulan kemarin saya mengejar deadline penyelesaian skripsi. Hehe

Dan alhamdulillah bulan november kemarin sudah wisuda, dan sekarang saya sedang sibuk belajar edit foto, kalau memang sudah sedikit bisa, nantikan project saya tahun depan di blog ini. Saya ini ngomongin projrct baru, project yang lama saja belum selesai. Hahaha

Semoga sajalah dalam waktu dekat bisa melanjutkan project yang lama. Kalau ada yang belum tahu dengan project lama saya silahkan di buka tulisan saya yang sebelumnya.

Sebenarnya dari kemarin-kemarin sudah kepingin nulis lagi, tapi ntah mengapa moodnya belum cukup untuk sampai mengetik.

Dan ntah kenapa juga ini, gara-gara ada satu hal kemarin, tiba-tiba terlintas beberapa rangkai kata dan mood nulisnya sudah cukup untuk kali ini.

Bagi yang belum tahu saya ini orangnya sulit untuk ngomong sesuatu hal yang berkenan dengan hati dan perasaan. Sudah banyak hal yang terlewatkan bahkan sampai lebih parah lagi, gara-gara ketidak beranian ku untuk ngomong.

Seperti hari ini (27 Des 2016) saya mau sedikit curhat, ntah kenapa juga hal seperti ini pernah terjadi pada saya pada bulan Desember 2013, meskipun sedikit berbeda konteksnya. Namun rasanya sama SAKIT. Hahaha

Berulang kali mengalami hal yang hampir sama, seperti itu lah saya, KEBODOHAN yang terulang kembali. Seperti tidak belajar dari pengalaman.

Ingin rasanya saya teriakkan kepada diri saya sendiri, BODOH sekali kamu wahid. Kenapa tidak PEKA kamu ini.

Tapi ya sudahlah, seperti halnya pepetah “nasi sudah jadi bubur”, dan sekarang saya hanya  bisa “Cara paling baik tuk menghindari rasa kecewa adalah berhenti terlalu berharap”. Seperti yang sudah saya tulisakan pada status FB saya semalem kalo gak salah.




Kira-kira kalian mau tahu ceritanya gak?

Iya jika kalian terus baca tulisan ini berarti kalian mau tahu ceritanya.

Jadi begini, pernah gak sih kalian deket sama seseorang, dan awalnya hanya sekedar kenal dan sebatas teman, seiring komunikasi berjalan lancar tiba-tiba muncuk perasaan lebih.

Dan kalian pun belum mau mengungkapkan perasaan tersebut, kemudian kamu mencoba memberikan hal-hal kecil meskipun belum berarti. Mencoba membuat kebiasaan yang seakan itu penting bagi kamu, tapi ya belum tentu juga itu penting bagi dia.

Seiring kebiasaan itu terus berjalan, dan perasaan kamu yang bertambah, dan karena perasaan tersebutpun kamu jadi tidak peka dengan hal-hal yang dibuat, jika hal-hal tersebut merupakan pertanda bahwa dia sudah jadian dengan orang lain.

Hingga pada suatu ketika, kamu benar-benar tahu bahwa dia sudah ada yang punya. Dan kamu mengetahuinya tanpa sengaja.

Seperti itu lah ringkas cerita yang saya alami kemarin, ingin rasanya mengumpat pada diri saya sendiri. Membodohkan diri sendiri.

Tapi apalah kata, jika hal yang sudah terjadi kita tidak dapat merubahnya, mungkin cukup sebatas menyesali. (dan mengulanginya lagi dilain waktu, itulah bodohnya saya).

“Setidaknya sekarang saya sudah ada satu alasan untuk tidak mengharapmu lagi”

Cukup sekian dulu curhatan saya kali ini. Semoga saja ini bukan tulisan terakhir saya ditahun ini.

Tambahan: tulisan ini saya ketik sembil mendengarkan sebuah lagu dari yang akhir-akhir ini saya sering dengarkan, yakni band dari jepang “One Ok Rock” yang judul lagunya “Heartache”. Bagi yang belum tahu silahkan buka video dibawah ini.


Sabtu, 06 Agustus 2016

CerBung: Pemeran Utama (Chapter 05)

            Pada siang itu Laras berjalan kaki seperti biasa, menyusuri trotoar kota menuju toko buku langganannya. Tidak sedikit orang di pinggir kota yang ditemui Laras sedang membaca tulisan Laras di koran warta kota. Dan dari semua orang yang membaca tulisan tersebut belum ada yang tahu siapa penulis yang sebenarnya.  Sesampainya di toko buku Laras di sapa oleh salah satu pegawai toko, pagi mbak Laras, pagi juga. Laras memang di kenal dekat dengan semua pegawai toko tersebut, selain karena Laras sering membeli buku dan membaca buku di perpustakaan yang ada di toko tersebut. Laras juga sering ngobrol atau pun berbagi ilmu dengan para pegawai yang ada toko tersebut.
            Setelah menemukan beberapa buku sastra lama, Laras duduk di pojok meja di salah satu sudut perpustakaan. Tempat tersebut merupakan tempat favorit Laras. Dengan beberapa buku yang ditumpuk di depan laras, laras membaca dengan sangat konsentrasi. Karena laras berharap dapat menemukan inspirasinya yang baru untuk tulisannya di koran warta kota.
           
            Adipati di pagi itu tidak ada jam kuliah bingung mau ngapain. Adipati menelpon Roni.
Ron, hari ini ada kerjaan gak. Ikut aku ke perpustakaan di toko buku Perdana yuk.
Haduh, gak bisa di, aku ada kerjaan di rumah.
Iya sudah kalau gitu ron.
Iya di, maaf ya.
Iya gak papa ron.

         Setelah menelepon Roni, adipati mendapat pesan dari Anton yang ternyata tidak bisa menemani Adipati. Setelah mandi dan sarapan pagi. Adipati mengeluarkan sepeda motornya dari bagasi.
Mama Adipati bertanya, mau kemana di, kok pakai motor?
Mau ke toko buku ma,
Sama siapa?
Sendirian saja ma, Roni dan Anton ada kerjaan katanya.
Iya sudah hati-hati.
Iya ma.
            Setelah mengendarai sepeda motornya Adipati sampai di toko buku perdana. Setelah Adipati masuk seperti Laras ternyata salah satu dari pegawai ada yang menyapa adipati, Siang kak Adipati, apa kabar? Iya, kabar baik. Jawab adipati. Adipati langsung menuju rak dari salah satu penulis sastra lama. Tetapi adipati tidak menemukan  buku tersebut. Dan akhirnya adipati mengambil beberapa buku dari penulis yang lain, Dan dengan buku tulis yang di bawanya adipati duduk di tengah meja panjang  di tengah ruangan tersebut.
            Sebenarnya adipati melihat seseorang yang duduk di pojok ruangan tersebut tidak hanya hari itu tapi sudah beberapa kali. Tetapi karena sikap cueknya adipati pun acuh pada seseorang tersebut. Mungkin karena Adipati belum tahu karena seseorang yang duduk tersebut adalah penulis amatir yang di kagumi karyanya.
           
            Begitupun dengan laras sebenarnya sudah beberapa kali melihat Adipati di perpustakaan tersebut maupun ditempat lain. Tapi seperti Adipati sikap cuek laras tidak terkalahkan meskipun sosok adipati begitu tampan dan menawan.

            Mereka berdua pun membaca buku hingga mentari sudah menyudutkan dirinya di sisi barat. Setelah mengembalikan buku-buku yang mereka baca, Adipati tidak langsung pulang. Adipati masih mencari buku-buku terbaru untk di beli dan di baca di rumah. Sedangkan Laras langsung pulang ke rumah dengan menyusuri trotoar kota di bawah lampu-lampu yang tak lagi terang.

            Sesampainya di rumah laras tidak langsung istirahat, setelah mendapat beberapa referensi yang dia dapat tadi siang. Laras melanjutkan tulisan-tulisannya untuk di koran warta kota. Masih seperti biasanya lagu dari second text tetap mengiringi Laras di malam yang gelap. Dan Laras pun masih menaruh harap akan draf bukunya dapat diterbitkan. 

Bersambung.

Nantikan kisah selanjutnya akan kah draf  Laras akan benar-benar jadi dibukukan?
dan bagaimana  Adipati akan kah menemukan inspirasi untuk menulis?
dan akan kah mereka berdua dapat saling mengenal dengan sifat mereka yang seperti itu?

Tunggu chapter 06 minggu depan.

catatan:
1. cerita ini hanya fiktif, apabila ada kesamaan nama, tempat atau yang lainnya penulis minta maaf, karena itu tulis untuk memperdalam cerita.
2. apabila dari teman-teman ada yang ingin memberikan komentar ataupun saran, silahkan ditulis melalui kolom komentar.


#SalamKreatif

Sabtu, 30 Juli 2016

Cinta Berbeda

Cinta dapat berasal dari mana saja, cinta juga dapat datang kapan saja, cinta juga dapat tumbuh lewat apa saja. Bahkan cinta terkadang tidak dapat dijelaskan bagaimana datangnya. Cinta terkadang juga tidak memandang status, ras, suku bahkan agama.

Ketika cinta datang, di saat itu pula rasa memiliki pada seseorang yang kita cintai akan menyertai. 
Apalagi ketika cinta tumbuh pada usia remaja, serasa cinta mereka akan bertahan lama. Bahkan bualan janji setia sudah menjadi biasa. Rayuan-rayuan manis seperti makanan ringan yang seakan renyah untuk didengar. 

Pada orang yang sedang merasakan cinta meraka dapat menjalin komunikasi  sangat intens, lewat berbagai sosial media. Mulai dari telepon-an, chatting-an, hinga video call-an. Sepertinya jarak pun sudah tidak menjadi  halangan di antara mereka. Waktu berkomunikasi pun sudah tidak di hiraukan, siang-malam menjalin komunikasi sudah menjadi keharusan bagi mereka. Rasa-rasanya setiap menit bahkan detik harus saling tahu apa yang sedang di kerjakan di antara mereka. 





















Sumber gambar dari instagram @quot.everything

Tapi cinta sedikit berbeda ketika beranjak dewasa, apalagi ketika cinta beranjak ke jenjang yang lebih serius. 

Seperti kebanyakan di Indonesia bahkan sepertinya sudah menjadi budaya, hal-hal seperti suku, ras menjadi hal yang selalu dikaitkan ketika  cinta beranjak ke jenjang yang lebih serius.  Apalagi agama menjadi hal utama yang selalu di kaitkan ketika cinta beranjak ke jenjang yang lebih serius. 

Terkadang perbedaan yang seperti itu sudah ada dan menyertai cinta sejak lama. Perbedaan tersebut juga dapat menjadi penghalang ketika cinta beranjak ke jenjang yang lebih serius. 

Apalagi diantara mereka tidak ada yang saling mengalah, mungkin rasa sakit hati yang akan menghampiri, karena cinta yang diimpikan untuk saling memiliki ternyata tidak terjadi.
Di saat itulah cinta tidak harus memiliki memang benar adanya.    

Pesan dari penulis: "Pertimbangkan matang-matang cinta yang kamu miliki saat ini, perbedaan yang mendasar harus diperhatikan, daripada di kemudian hari menjadi penyesalan yang berarti dan hanya dapat ditangisi".  


Tambahan: Tulisan ini tidak bersifat menggurui atau bagaimana, karena ini hanya pendapat mengenai penulis tentang cinta. Tulisan ini juga terinspirasi dari teman-teman penulis. 

Untuk membaca yang ingin menanggapi silahkan di tulis di kolom komentar di bawah.

Terimakasih. #SalamKreatif

Kamis, 16 Juni 2016

Tulisan Terakhirku

              Sepertinya ini akan menjadi tulisan terakhirku di bulan Raamdhan ini, karena sebentar lagi liburan dan saya akan mudik maka saya tidak bisa memposting tulisan-tulisan terbaru ku. Dikarenakan di dusun saya jaringan internet masih buruk.

             Karena sebentar lagi lebaran, maka saya Mohon Maaf Lahir Batin apabila selama saya menulis terdapat kesalahan yang saya sengaja maupun tidak disengaja.

              Sekali lagi Selamat Idul Fitri 1437 Hijriyah Mohon Maaf Lahir Batin.


Dan di bawah ini akan saya tulisan kembali link-link dari beberapa tulisan saya:

1. i am quit from this game (menyerah)

2. Hujan dan Jatuh Cinta

3. ALON(e)

4. Kopi

5. Terimaksih Untukmu Inspirasiku



Dan di bawah ini daftar chapter dari Cerita Bersambung yang saya tulis:

1. Kabar Cerbung

2. Cerbung: Pemeran Utama (Chapter 01)

3. Cerbung: Pemeran Utama (Chapter 02)

4. Cerbung: Pemeran Utama (Chapter 03)

5. Cerbung: Pemeran Utama (Chapter 04)


                 Itu lah beberapa tulisanku, silahkan bagi teman-teman ada yang mau baca atau ada yang belum di baca. Klik saja judul tulisan yang akan dibaca di atas.

               Untuk kelanjutan dari CerBung, akan saya lanjutkan setelah libur lebaran.

Dan bagi teman-teman yang mau update tulisan saya yang berupa quote follow saja  @quot.everything

Sabtu, 11 Juni 2016

CerBung: Pemeran Utama (Chapter 04)


Setelah membaca tulisan pertama Laras Adipati masih biasa saja. Terlihat masih cuek dan hanya menilai bagus. Adipati pun melanjutkan kesehariannya sebagai mahasiswa. Adipati mulai mencoba untuk ikut dalam mengurusi usaha Papanya di bidang properti.
“Pa, minggu ini ada kerjaan gak?”, tanya Adipati ketika sarapan. “Ada di”, jawab Papa Adipati. “Adipati mau ikut pa, mau belajar bisnis”, “Kok gak biasanya di”, “iya gak papa Pa”.
Setelah tulisan pertama Laras dimuat di kolom koran, ternyata tulisan Laras tersebut di terima di publik. Dan banyak tanggapan positif dari pembacanya. Tak sedikit juga kini yang membicarakan tulisan Laras. Tapi belum ada yang tahu nama pena LS tersebut adalah Laras. Setelah tiga kali dimuat di kolom koran, kini pihak percetakan koran menyertakan komentar-komentar dari pembaca yang dikirim ke redaksi koran.
 Meskipun saat pertama kali membaca tulisan laras Adipati terlihat cuek, ternyata adipati penasaran akan kelanjutan ceritanya dan mengikuti perkembangannya. Di suatu pagi sebelum berangkat ke Kampus adipati masih sempat berhenti sebentar untuk membeli koran terbaru. “Ada koran warta Kota Pak?”, tanya Adipati. “Ada nak, ini dua ribu saja”, jawab penjual koran. Setelah membeli koran adipati melanjutkan perjalanannya ke kampus.
Tidak seperti biasanya Adipati membawa buku-buku sastra maupun novel terbaru. Adipati kali ini membawa koran berjalan menuju kelasnya. Ketika di koridor kampus Adipati bertemu dengan Roni dan Anton, “Sekarang kamu kok beda di?”, biasanya bawa buku-buku sastra. Kok sekarang bawa koran”. Roni dan Anton mengejek Adipati, Adipati pun hanya tersenyum.
Ketika Adipati sedang makan siang, Anton dan Rono mendatangi Adipati dengan nafas yang tergesa-gesa. “Di, coba kamu baca tulisan ini, bagus banget tulisannya”, suruh Anton dengan sedikit memaksa. “Iya di bagus banget tulisannya”, sahut Roni. “Tulisan apaan sih”,jawab Adipati. “Tulisan ini, kalau tulisan ini saya sudah membaca dari tulisan pertamanya, ini lo sudah tulisan keempatnya. Kalian berdua yang ketinggalan”, tambah Adipati sambil ketawa. “Iya apa, berarti kita yang tidak mengikuti  perkembangan kota”. jawab Anton sambil tersenyum.

Laras kini semakin disibukan dengan kelanjutan tulisannya, dan Laras pun harus menyelesaikan ceritanya sebelum deadline. Dengan begitu laras juga semakin cuek dengan lingkungan sekitarnya. Tapi Laras masih menyempatkan untuk membaca buku dan menambah referensinya untuk menulis. Namun bagi Laras selagi masih menulis dan itu hal yang dia sukai, Laras masih tetap menjalani dan menikmatinya.
Sepulang dari Toko Buku laras berhenti di depan cafe. Terlintas di pikiran Laras mengapa dia tidak menulis di cafe tersebut, mencoba suasana yang baru. Siapa tahu juga dengan menulis di Cafe tersebut laras mendapatkan inspirasi baru.

Pada lain hari, sepulang dari kampus Adipati bersama Anton dan Roni seperti biasa di Cafe Kopisme makan dan minum kopi. Dan mereka pun membicarakan Laras, “Kira-kira penulis dengan nama pena LS itu secantik tulisannya gak ya”?, Roni memulai obrolan. “Kalau menurut saya cantik, biasanya seseorang yang pintar menulis, terus pandai merangkai kata itu cantik”, sahut Anton. “Kalau menurut kamu bagaimana di?”, tanya Roni. “Kalau menurut saya, gak tau lah”, jawab Adipati yang sedikit cuek. Tapi dalam hati adipati penasaran akan LS tersebut.

Disaat mereka bertiga membicarakan sosok LS, di pojok ruangan terlihat seorang penulis dengan teman laptop yang sudah sedikit usang. Dialah Laras yang sedari tadi menjadi bahan obrolan Adipati bersama dua temannya. Seperti keinginannya tempo hari Laras mencoba suasana baru untuk menulis. Ternyata asyik juga menurut Laras menulis sambil menikmati ramainya ibu kota.
Seperti itulah hidup terkadang kita harus keluar dari zona nyaman kita. Siapa tahu dengan begitu kita dapat menemukan hal-hal yang sebelumnya belum pernah kita ketahui.
Laras yang mendengar obrolan Adipati bersama teman-temannya hanya tersenyum tersipu. Setelah menyelesaikan beberapa halaman tulisannya Laras pulang ke Rumah. Seperti biasa Laras jalan kaki menyusuri trotoar jalanan yang sudah berubah menjadi tempat dagangan.

Adipati masih asyik ngobrol bersama Anton dan Roni, tidak hanya ngobrolin tentang Laras. Mereka pun ngobrolin apa saja mulai bola karena euro dan copa america sudah mulai. Hingga ngobrolin politik karena sebentar lagi pilkada di Ibu Kota akan dilaksanakan.  Tidak terasa malam sudah menyapa mereka bertiga pun pulang.
  Sesampainya di rumah Adipati sibuk memotong tulisan Laras yang da di koran. Ternyata Adipati menyimpan semua tulisan Laras dari yang pertama sampai yang terbaru. Adipati membaca kembali seua tulisan Laras, dalam hatinya berkata akankah aku bisa mengenalnya. Jika aku dapat mengenalnya maka aku dapat belajar menulis dengannya.
 Di lain hari, karena tidak ada jam kuliah Adipati pergi ke Toko Buku karena sudah lama dia tidak membeli buku-buku terbaru. Di saat Adipati berada di rak buku bagian sastra dia berpapasan dengan seseorang yang dia diam-diam di kagumi. Seseorang yang dimaksud adalah Laras. Ternyata Laras juga sedang berada di toko tersebut. Karena Adipati belum mengenalya, dia pun bersikap cuek.
Mereka berduapun duduk di meja panjang yang ada di ruang perpustakaan yang ada di toko tersebut. Terlihat Adipati sedang membaca buku sastra tahun 70-an dan Laras membaca buku sastra terbaru. Setelah  menyelesaikan buku yang ia baca dan sudah mendapatkan buku terbaru yang dinginkannya adipati pulang.
Laras masih duduk dengan beberapa buku di depannya. Membaca satu persatu buku tersebut. Tak terasa senja sudah tiba, Laras pun pulang dengan buku yang baru dia beli. Seperti biasanya laras menyusuri trotoar jalan dengan sampah yang berserakan.

Setelah sekian lama Adipati tidak membaca buku di kamarnya, pada malam itu Adipati membaca buku yang baru ia beli. Seperti adipati yang dahulu ketika semangat menulisnya masih ada. Ketika Adipati sedang membaca buku di kamarnya, Mama Adipati mengintip di pintu, “apa semangat menulis Adipati sudah ada lagi”, berkata dalam hatinya.


Laras seperti biasa di kamarnya, berteman dengan ruang yang gelap. Tidak lupa juga lagu dari second Text mengiringi Laras membaca buku yang baru ia beli.  

Bersambung.
Nantikan kisah selanjutnya, akankah Adipati dapat mengenal Laras? akankah semangat menulis Adipati kembali? Bagaimana kejelasan dari draf bukunya Laras?

Tunggu Chapter 05 minggu depan.

Catatan: 
1. cerita ini hanya fiktif, apabila ada kesamaan nama, tempat atau yang lainnya, penulis minta maaf. Karena itu semua ditulis untuk memperdalam cerita.
2.  Apabila dari teman-teman ada yang ingin memberikan komentar ataupun saran, silahkan ditulis di kolom komentar.

#SalamKreatif

Selasa, 07 Juni 2016

Terimaksih untukmu inspirasiku



            Kita sudah saling mengenal sejak lama, namun dulu kita hanya sebatas tahu nama kita masing-masing. Karena kita dulu satu sekolah dasar dan sekarang satu perguruan tinggi. Namun satu tahun terakhir kedakatan kita berbeda, kita tidak hanya lagi saling mengenal, kita sudah berbagi cerita, berbagi rasa dan tertawa bersama. Memang akulah yang mencoba mendekatimu terlebih dahulu. Karena kedekatan kita itulah rasa ini (dihatiku) tumbuh, kaupun menyadarinya.
            Aku tidak mau lagi seperti yang sebelumnya, terjebak di dalam perasaan karena ketidak mampuanku untuk mengungkapkan.
Aku memberanikan diri untuk ungkapkan perasaan ini padamu, sseperti apa yang saya khawatirkan sebelumnya. Perasaanmu masihlah sama seperti yang dulu, hanya bedanya sekarang kita lebih dekat secara komuikasi saja. Dengan sikapmu yang seperti itu aku pun tak menyalahkamu, karena akulah yang salah, aku terlalu menaruh harap lebih akan hubungan ini.
            Setelah aku tahu perasaanmu aku belum menyerah akan harap itu, aku masih mencoba dengan berbagai cara yang aku bisa.
Aku merasa senang ketika aku bisa berada di dekatmu, melihat senyummu. Aku merasa senang ketika candaanku membuatmu tertawa riang. Dan aku belum merasakan akan menyerah untuk membuatmu jatuh cinta padaku. Karena aku takut suatu saat kamu mengenal sesorang, yang bisa mmbuatmu lebih tertawa. Mampu membuatmu merasa nyaman, serta kehadirannya berarti dalam hidupmu. Meskipun hal tersebut terjadi, aku tak berhak umtuk melarang karena itu semua adalah keputusanmu.
            Selama kita dekat aku banyak belajar, ternyata cara yang aku bisa belum mampu membuatku berarti padamu.
            Setelah aku dekat denganmu juga aku banyak menemukan inspirasi dan motivasi untuk menulis. Aku mencoba ungkapkan apa yang aku rasa lewat rangkaian kata, meskipun seperti halnya diriku rangkaian kata ini tak berarti bagimu.
            Untukmu aku ucapkan terimakasih. Karena kamu sudah menjadi inspirasiku selama ini. Dan aku juga berterimasih dapat mengenal lebih dekat. Sikapku yang seperti itu, aku hanya mencoba untuk memperjuangkan perasaan ini. Namun sekarang aku sudah menyerah, aku berharap dapat menemukan inspirasi yang lain dan kehadiranku dapat berarti baginya.

Terimaksih untukmu inspirasiku. R A. 

Sabtu, 04 Juni 2016

CerBung: Pemeran Utama (Chapter 03)

             Setelah beberapa hari draf bukunya laras berada di penerbit akhirnya di baca oleh Pak Tono. Seperti yang dikatakan Pak Tono sebelumnya draf bukunya laras belum pasti masuk ke tahap editor.
            Pagi itu handphone jadul laras bergetar di atas meja, ternyata satu pesan dari pak tono. “Laras, draf buku kamu sudah saya baca. Tapi seperti yang saya katakan kemarin, draf buku kamu belum pasti masuk ke tahap editor. Kamu harus menunggu kurang lebih dua bulan untuk kepastian apakah draf buku kamu akan di terbitkan.” Setelah membaca pesan dari Pak Tono, Laras pun tersenyum kegirangan.
            Dan seperti biasa, tape tua milik Laras memutar lagu dari second text yang berjudul if i. Sepertinya memang lagu itu sudah seperti soundtrack hidup laras. Kamar gelap dengan kertas yang berserakan, sudah menjadi teman Laras setiap hari.
           
Adipati memulai semester barunya dengan hati yang ceria. Berangkat ke kampus bersama Anton dan  Roni yang memang satu kampus namun berbeda jurusan. Adipati memanglah mahasiswa yang pintar, Adiptai sejak sekolah dasar hingga sma selalu mendapatkan peringkat di kelas. Nilai adipati pada semester sebelumnya memanglah meningkat, namun nilai adipati masih kalah dengan mahasiswi cantik di kelasnya yang bernama Citra. Dan pada semester ini adipati bertekat untuk mengalahkan Citra.
“Pagi Adipati”, sambut gerombolan mahasiswi yang berada di teras kampus. Memang adipati salah satu mahasiswa yang digandrungi banyak mahasiswi. Selain pintar dalam akademik adipati juga merupakan Kapten tim futsal fakultasnya. “pagi juga”, jawab Adipati dengan tersenyum dan kelihatan lesung pipinya.

Laras berpakaian seadanya keluar rumah, menyusuri trotoar jalanan. Kemudian laras berhenti di sebuah toko buku langganannya. Selain mendengarkan musik laras juga hobi membaca. Selain memang hobinya, dengan membaca buku laras juga dapat menambah referensi dalam menulis. Selain menjual buku, di toko buku tersebut juga terdapat perpustakaan kecil yang menyediakan buku-buku sastra tahun 60-an hingga sekarang. Oleh karena itu laras sering sekali pergi ke toko tersebut. Selain membeli buku-buku terbaru laras juga menyempatkan waktu untuk membaca buku-buku lama.
Setelah selesai membaca beberapa buku dan laras juga sudah mendapatkan beberapa buku terbaru yang akan ia beli. Tak terasa senja sudah tiba, laras pun pulang ke rumah seperti biasa jalan kaki. Menikmati kehangatan mentari sore, dan ramainya jalanan ibu kota, Laras masih tetap setia menyusuri trotoar yang tidak lagi rata.
Pada perempatan lampu merah laras menemukan gulungan koran hari itu, koran yang tidak habis di jual oleh anak-anak jalanan. Laras kemudian mengambil koran tersebut. Pada malam harinya sembari Laras menikmati gelap malam, di balkon rumahnya Laras membaca koran tersebut. Membaca peristiwa-peristiwa yang baru terjadi, padahal laras merupakan orang yang kurang peduli dengan lingkungan di sekitarnya.

Pada hari itu perkuliahan Adipati hingga malam, sebelum pulang ke rumah adipati bersama Roni dan Anton mampir di Cafe Kopisme terlih dahulu. “Kamu gak mau nulis lagi di?”, tanya Roni. “Masih belum semangat mau nulis lagi”, jawab adipati. “Kamu nyerah di”, sahut Anton. “bukan menyerah juga sih, tapi masih belum bisa menemukan inspirasi”, jawab Adipati. "Kita selalu mendukung apapun keputusanmu di, kamu mau jadi penulis kami dukung, mau jadi pengusaha nerusin usaha papa kamu, kami juga dukung”, sahut Roni.
Setelah mereka menyelesaikan makan, dan menikmati secangkir kopi mereka pun pulang. Sesampainya di rumah adipati tidak seperti biasanya, yakni membaca buku. Malam itu adipati mencoba tidak memikirkan apapun yang berkaitan dengan menulis. Adipati membuka komputernya dan memainkan  game-game lama, Adipati mencoba bernostalgia dengan masa kecilnya.
           
            Pada saat membaca koran, Laras berpikir kenapa dia tidak mengirim tulisan-tulisan untuk dimuat di koran. Akhirnya keesokkan harinya, sembari menunggu kepastian drafnya dari penerbit. Keesokan harinya, Laras mencoba datang ke percetakan koran Warta Kota dengan membawa beberapa tulisannya. Namun seperti draf bukunya, Laras tidak langsung mendapatkan kepastian apakah tulisannya akan di muat di kolom koran.
            Pada malam harinya Laras mendapatkan pesan dari Kepala Redaksi Koran Warta Kota, “Setelah saya membaca tulisan kamu, saya menyukai gaya penulisan kamu. Kamu membawa pembaca ke dunia yang kamu inginkan. Jadi, tulisan kamu akan di muat di koran warta kota pada bagian baru pojok penulis. Kamu penulis pertama yang di muat pada bagian tersebut. Dan tulisan kamu akan dimuat pada koran senin, rabu, dan sabtu. Jadi persiapkanlah tulisannya dua hari sebelum percetakan.”
            Laras pun kegirangan setelah membaca pesan tersebut, dia pun semakin bersemangat untuk menulis. Pada malam itu laras habiskan waktunya untuk membaca buku yang ia beli tempo hari. Dan seperti biasa dalam ruang gelap kamarnya bertemankan lagu dari Second Text yang berjudul if i.
           
Adipati sudah mulai melupakan keinginannya untuk menulis. Adipati pun sudah tidak seperti biasanya yang setiap waktu berteman buku-buku sastra baik terbitan baru maupun lama. Kalau biasanya adipati ke kampus tidak lupa membawa buku sastra, namun kini dia tidak lagi. Seperti yang ia inginkan untuk meningkatkan nilainya, kini dia bersungguh-sungguh untuk belajar.

Pada pagi hari sekitar jam 06.00, handphone Laras bergetar namun laras masih terlelap dalam tidurnya, setelah begadang untuk menulis. Siang harinya Laras baru mengecek handphonenya dan membaca tersebut. “Laras tulisan kamu mulai hari ini sudah di muat di koran Warta Kota.” Setelah membaca pesan tersebut pun, dengan wajah yang masih kumal belum cuci muka, laras berlari mencari toko yang jualan koran terdekat. Setelah membeli laras pun membuka halaman demi halaman dan pada halaman ke tujuh di pojok kanan laras menemukan tulisannya. Laras pun menggunakan nama pena LS. Laras tidak lupa bersyukur, dengan begitu laras mendaptkan sedikit penghasilan. Dia pun kini punya kesibukan sembari menunggu kepastian dari draf bukunya.


Pada saat sarapan, salah satu mama adipati memberitahu bahwa ada tulisan bagus di muat di koran. “Di, ini ada tulisan bagus di muat di koran pagi ini. Coba kamu baca, nama penulisnya LS”, “iya ma, nanti aku baca”, jawab adipati. Sebelum berangkat kuliah adipati menyempatkan waktu membaca tulisan tersebut di teras rumahnya. 

Bersambung.

Nantikan kisah selanjutnya, apakah tulisan Laras di kolom koran Warta Kota mendapat respon yang baik? dan apakah yang terjadi setelah Adipati membaca tulisan Laras di koran pagi itu?

Tunggu Chapter 04 minggu depan.

Catatan: 
1. cerita ini hanya fiktif, apabila ada kesamaan nama, tempat atau yang lainnya, penulis minta maaf. Karena itu semua ditulis untuk memperdalam cerita.
2.  Apabila dari teman-teman ada yang ingin memberikan komentar atau pun saran, silahkan ditulis di kolom komentar.

#SalamKreatif

Sabtu, 28 Mei 2016

CerBung: Pemeran Utama (Chapter 02)

            Setelah beberapa hari tanpa kabar dari penerbit mengenai drafnya, laras pun berinisiatif untuk mendatangi kantor penerbit tersebut. Keesokan harinya laras pun mencoba sesuatu hal yang jarang ia lakukan. Ia pergi ke kantor penerbit dengan naik kereta kota. Memang tidak seperti biasanya, kemana pun laras pergi biasanya dengan jalan kaki. Menikmati panasnya bumi yang setiap hari diinjak-injak manusia tak berbudi. Laras berharap hari ini ada sesuatu hal yang berbeda setelah draftnya dibaca oleh pimpinan penerbit.
            Apa yang didapat laras tidak seperti yang ia inginkan. Draf yang laras tinggal ternyata hilang. Dan pada pagi itu laras juga tidak dapat bertemu pak Tono pimpinan penerbit.
            “selamat pagi mbak”, sapa seorang pegawai. “iya pagi”, jawab laras. “bapaknya ada gak ya buk?" tanya laras. Jawab pegawai ”bapaknya masih di luar kota, sudah tiga hari ini mbak, besok baru pulang”. “kira-kira draf yang satu minggu yang lalu saya tinggal, sudah dibaca sama bapak belum ya buk?” tanya laras. “draf yang mana ya mbak?”, pegawai justru tanya balik. “kemarin saya meninggalkan drafnya sama bapak Rudi”, jawab laras. “sebentar ya mbak, saya tanyakan ke pak rudi dulu”, jawab pegawai.
            Setelah seorang pegawai menanyakan  ke pak rudi, ternyata pak rudi lupa memberikan draf tersebut ke pak Tono, kemudian drafnya diletakkan di atas lemari di ruang tengah. Kemungkinan draf tersebut dibuang sama OB. Sebelum pulang, pak Rudi menemui laras di depan kantor penerbitan dan meminta maaf ke pada laras.
            Laras berlapang dada atas semua yang terjadi, baginya itu lah hidup.  Kita hanya bisa berencana dan Tuhan yang menentukan hasilnya. Laras tidak berlarut dalam kesedihan. Kaki laras melangkah namun tidak di jalan yang biasanya. Laras berjalan menuju taman kota yang jalannya berlainan arah. Laras mencoba mencari keramaian, untuk mengurangi kesedihan. Namun hati laras tetaplah sepi, meskipun suasana maupun keadaan di sekitarnya ramai. Hati laras tidak dapat dibohongi hanya karena suatu hal yang memang bukan di sukai laras, yakni keramaian.
            Laras duduk di bangku panjang warna putih, meluruskan kakinya ke tanah, mengangkat kepalanya ke arah langit. Dengan mata terpejam, menarik nafas yang panjang, Dan dalam hati laras berkata, semua ini pasti ada hikmahnya.

            Setelah semuanya disiapkan, adipati bersama temannya berangkat ke Lombok. Sesampainya di sana adipati dan temannya langsung menuju salah satu rumah yang ada di dekat pantai. Pada malam harinya mereka bertiga menikmati indahnya malam di bibir pantai. Mereka bercerita mengenang masa kecil mereka. Hingga tak terasa malam sudah larut,mereka bertiga beristirahat di penginapan.
            Besok paginya, adipati di teras penginapan berteman kopi dan sebuah buku “Sayap ku Hilang”. Hingga pada satu titik menemukan sebuah kalimat “Diriku saat ini, seperti burung yang tak lagi bersayap. Mencoba kehidupan yang baru, membiasakan diri tanpa dirimu.”
Setelah buku tersebut selesai dibaca adipati,  anton dan roni baru bangun tidur. Kemudian mereka bertiga mencari sarapan sambil jalan-jalan di kawasan pantai. Setelah itu adipati membaca buku kedua yang ia bawa yang berjudul Lentera, kemudian ia menemukan sebuah kalimat “Dengan ilmu gelap gulita dunia akan terasa fana, jadikan ilmu sebagai penerang dan penuntun mu, jangan sampai ilmu menggelapkan hati dan pikiranmu.”
Adipati pun berlanjut ke buku yang ke tiga yang berjudul Pasung, adipati menemukan sebuah kalimat “Perasaan ini terpasung dalam penjara yang tak berdaya, terbelenggu dalam dungu, semua ini karena kebodohanku tak mampu untuk mengungkapkan.” 
Setelah adipati menyelesaikan ketiga bukunya tak terasa waktu sudah beranjak sore. Adipati kemudian menyusuri pantai menikmati keindahan senja. Duduk sendirian di pinggir pantai, kemudian adipati teringat akan seseorang yang dahulu pernah mengisi hatinya.
 Adipati bukanlah orang yang terobsesi akan cinta. Dari dahulu banyak yang menyukai adipati, tapi hanya satu orang yang membuat hati adipati tertunduk dan sampai sekarang ia masih mencoba untuk melupakannya.
“Adipati, dimana loe!”, teriak anton. "gue disini”, seru adipati. Kemudian anton dan roni mendatangi dan mengajak untuk mencari makan malam. Sebelum tidur adipati mencoba mengulik sebuah cerita di buku catatannya. Mencari tema yang menurutnya tidak biasa, tapi masih belum ia dapatkan.
Setiap hari adipati masih tetap sibuk dengan mencari ide, mengulik catatannya namun adipati masih belum menemukan juga. Setelah empat hari liburan di lombok ternyata adipati tetap belum mendapatkan ide menulis. Mereka pun pulang ke jakarta, dengan muka adipati  yang sedikit kecewa. Dalam hati adipati berkata, “tak semudah yang aku kira”
           
Setelah di taman se-harian, menikmati keramaian yang jarang sekali ia lakukan. Laras yang tidak mau larut kesedihan, kemudian pulang dengan kepala tegak. Meskipun hari ini di luar perkiraan laras. Sesampainya di rumah ia membuka kembali file draf bukunya, di laptop yang terlihat usang di pojok kamarnya. Seperti biasa lagu dari second text, tidak pernah lupa ia putar. Kemudian laras ngeprint kembali drafnya, rencananya besok laras ingin mengajukan kembali draf bukunya ke penerbit.  

            Adipati sudah di rumah, “gimana di, nulisnya?”, tanya mama adipati. “masih tetap buntu ma”, jawab adipati. “ia udah istirahat dulu aja, pasti kamu masih capek”, “iya ma”, jawab adipati. Sebelum tidur adipati masih tetap memikirkan dalam hati berkata, “sepertinya saya menyerah, ini bukan passion saya”.
            Sepulang dari lombok hingga masuk perkuliahan, adipati tidak lagi menulis. Adipati hanya main bersama teman-temannya menghabiskan sisa liburan, seperti mahasiswa lainnya di saat liburan. Tapi satu hal yang tidak pernah adipati tinggal, yakni membaca buku-buku yang terbaru. Tapi tidak seperti ketika semangat menulis adipati masih ada.
           
         Laras kembali mendatangi kantor penerbit buku, kali ini laras datang dengan cara yang berbeda. Dengan cara yang sedikit memaksa, laras akhirnya dapat langsung menemui pak Tono. “maaf soal yang kemarin ya laras”, ucap pak Tono. ”iya gak apa-apa pak, ini drafnya yang baru pak”, jawab laras sambil menyerahkan draf bukunya. “karena kemarin-kemarin banyak sekali draf yang masuk, jadi saya juga belum bisa memastikan apakah draf ini masuk ke tahap selanjutnya”.    

        Setelah menyerahkan draf bukunya ke pak Tono, laras pulang ke rumah. Berharap dalam waktu dekat bukunya dapat diterbitkan.

          Setelah masa liburan selesai, adipati melanjutkan pekuliahannya. Membaca buku-buku sastra masih menjadi hobinya.


Bersambung.

           Nantikan kisah selanjutnya, apakah kali ini draf bukunya laras akan benar-benar terbit? Adipati yang sudah mulai kehilangan semangat menulis, akan kembali menemukan motivasi dan inspirasi?
   
Tunggu chapter 03 minggu depan.

catatan: 
1. cerita ini hanya fiktif, apabila ada kesamaan nama, tempat atau yang lainnya, penulis minta maaf. Karena itu semua ditulis untuk memperdalam cerita.
2.  Apabila dari teman-teman ada yang ingin memberikan komentar ataupunpun saran, silahkan ditulis di kolom komentar.

#SalamKreatif

Sabtu, 21 Mei 2016

CerBung : Pemeran Utama (chapter 01)


          Berjalan seorang gadis di trotoar kota dengan  jaket hitam lusuh, celana robek-robek dan berpunggungkan tas hitam. Sembari berjalan dan menikmati hiruk pikuknya kota tak lupa ia mendengarkan lagu kesayangannya. Sampailah gadis tersebut di sebuah kantor penerbitan buku. Sesampainya disana seorang pegawai bertanya, “selamat pagi mbak, ada yang biasa saya bantu?” “apakah saya bisa bertemu dengan pak Tono” jawab gadis tersebut. “bapaknya barusan pergi mbak”, sahut pegawai. “saya mau nyerahi draf buku saya pak”, jawab gadis itu.
            Pegawai tersebut mengajak sang gadis duduk di kursi depan, kemudian bertanya “kalau boleh saya tahu siapa nama mbak ya?” jawab sang gadis “laras pak”. “begini mbak laras, berhubung bapaknya lagi pergi bagaimana kalau draf bukunya ditinggal dulu aja, ntar saya kasih ke bapak”. Jawab laras “baiklah pak”. Kemudian laras mengeluarkan drafnya yang setebal 100 halaman dari tasnya dan menyerahkan ke pagawai. “ini darafnya pak, kalau begitu saya pulang dulu, kalau ada apa-apa hubungi nomor telepon ini pak”,   kata laras. “iya mbak laras”, jawab pegawai.
            Laras kemudian berjalan menyusuri trotoar dan tidak lupa dia mendengarkan lagu kesayangannya dari second textyang berjudul if i. Berhentilah laras di depan toko kaset, kemudian membeli satu kaset terbaru dari second text. “mbak laras, cuman ini aja mbak?”, tanya kasir. Laras pun menganggukan kepala. Setelah membayar kaset laras pun melanjutkan jalannya dan pulang ke rumah.
            Sesamapinya dikamar, laras menghidupkan tape tuanya dan mendengarkan lagu-lagu terbaru dari second text. Setelah satu album habis diputar, laras pun mengganti dengan kaset lamanya dan mendengarkan satu lagu dan di putar ulang-ulang.
Hidup laras itu seperti lagu if i, yang diputar berulang-ulang. Tapi memang itulah jalan hidup laras. Bertemankan dinding kamar, ruangan yang gelap. Kertas dan pena menjadi saksi bagaimanana laras membuat dunianya.

Adipati masih di dalam cafe kopisme, duduk berjam-jam di depan laptop, bertemankan secangkir kopi hitam serta hidangan kecil di atas mejanya. Tidak lupa ia mencoret-coret buku kecilnya untuk menemukan inspirasi. Tapi yang didapat hanya pusing dan pikiran yang penat. Dalam hati adipati mulai menerka-nerka dan timbullah beberapa pertanyaan. “kenapa saya tidak bisa memulai?”, “harus dengan cara apa aku memulai menulis?”, “apa memang menulis bukan passion saya?”. Pertanyaan-pertanyaan itu mulai membuat adipati putus asa dan seakan ingin berhenti mengejar mimpinya. Tapi disisi lain, mimpi inilah yang dari dulu adipati inginkan.
Kemudian dua orang teman adipati datang dan mengajak adipati untuk jalan-jalan. Sekedar refreshing dan mencari inspirasi menulis untuk adipati. Di tengah-tengah perjalanan anton mencetuskan ide ke adipati “gimana kalau loe (adipati) nyari tempat yang sunyi, sepi, indah. Biasanyakan tempat-tempat seperti itu membuat kita lebih konsentrasi. Siapa tau ntar loe nemuin inspirasi”. “Iya-iya, sambil liburan, tapi kita diajak” sahut roni dengan cepat. “tapi kemana?” tanya adipati. “ke lombok aja, gimana?”, jawab roni. “Iya ntar aku ngomong ke bonyok (bokap nyokap) dulu”, tegas adipati.
Sebelum pulang ke rumah, adipati menyempatkan mampir ke toko buku perdana. Seperti biasa ia membeli buku-buku terbaru untuk ia baca. Sudah terbeli 3 buku baru (sayapku hilang, lentera, dan pasung), kemudian adipati melanjutkan perjalanan pulang ke rumah.
Adipati merupakan anak tunggal dari pengusaha properti. Segala sesuatu yang ia inginkan, pastilah terpenuhi. Kedua orang tua adipati juga tidak hilang kasih sayang. Meskipun sibuk dengan pekerjaan, mereka masih tetap menyempatkan kumpul bareng, liburan, ngopi bareng, nonton dan lain-lainya. Bagi orang tua adipati kasih sayang orang tua tetaplah wajib hukumnya untuk diberikan pada anaknya.
Di saat makan malam adipati menyetuskan ide anton tadi “pa ma, adipati minta liburan donk. Sambil cari inspirasi buat nulis?”. Jawab papanya “tapi kayaknya papa gak bisa nemeni di”. “iya mama juga gak bisa nemeni di. Kemarin kan sudah liburan bareng”, sahut mama adipati. “gak papa, papa sama mama gak bisa nemeni, adipati cuma pengen  nyari suasana yang sunyi buat nulis, tapi sekalian liburan juga, kuliahkan baru libur juga, dan katanya perkuliahan dimulai satu bulan lagi”, rengek adipati dengan muka yang memelas. “iya-iya emangnya kamu pengen kemana?”, tanya papa adipati. “kelombok pa, sekalian ajak anton dan roni”, jawab adipati. “iya udah kalau gitu,besok biarlah pak tejo yag ngatur semuanya”, jawab papa adipati. “maksih pa ma” jawab adipati dengan muka yang sumringah.
Anton dan roni merupakan teman akrab adipati. Mereka berteman sudah sejak TK. Kedua orang tua mereka juga sudah saling mengenal. Kedua orang tua anton dan roni hanya pegawai biasa di perusahan swasta. Jika ada kesempatan pergi, biasanya adipati selalu mengajak anton dan roni.
Adipati sendiri adalah mahasiswa semseter 5 di fakultas ekonomi. Meskipun cita-citanya menjadi penulis, tapi adipati berkeinginan besar meneruskan usaha yang dirintis papanya. Baginya itu adalah bentuk balasan untuk kedua oarang tuanya. Dan menulis hanyalah passion bagi adipati. Ia sangat mengagumi karya-karya sastra yang penuh keindahan.

Laras, masih mendengarkan musik kesayangannya. Ia menghiraukan malam, menghiraukan bulan dan bintang. Baginya malam tetaplah malam yang begitu indah dengan gelapnya,  meskipun tanpa adanya bulan dan bintang. Dengan gelap, cahaya akan terjadi dan menjadi lebih berarti.
Kedua orang tua laras sudah lama bercerai. Laras lebih memilih hidup sendiri, tetapi segala kebutuhan masih berada di tangan kedua orang tuanya. Laras tidak mau memilih salah satu dari kedua orang tuanya. Sesekali laras masih bertemu dengan ayahnya. Tapi dengan ibunya laras hanya bisa berkomunikasi lewat telepon, karena ibu laras sekarang bekerja sebagai TKW di hongkong.
Ketika kedua orang tua laras bercerai, bertepatan dengan laras lulus sma. Dan ternyata itu semua sudah direncanakan oleh kedua orang tunya. Supaya laras dapat memilih hidup bersama siapa. Namun justru hidup sendiri yang diinginkan laras. Setelah itu, laras dicarikan rumah kontrakan dan peralatan-peralatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kemudian laras ditinggal kedua orang tuanya. Tapi kedua orang tua laras tidak tinggal diam begitu saja. Kedua orang tuanya berjanji kepada laras, untuk tetap memenuhi kebutuhan laras hingga laras menikah.
Laras juga sempat masuk di perguruan tinggi, namun hanya sampai semester dua. Ia tidak melanjutkan kuliahnya, karena menurutnya terlalu membebani kedua orang tuanya. Dan satu tahun terakhir ini laras membuat dunianya sendiri. Dengan menulis laras dapat membuat dunianya, dunia fantasi layaknya cinderella, atau dunia horor layaknya cerita rakyat Indonesia. Bahkan laras dapat menciptakan dunia yang selama ini ia ingikan, yakni hidup bahagia bersama kedua orang tuannya. 

 Bersambung.

Nantikan kisah selanjutnya akankah draf yang ditinggal Laras akan jadi dibukukan? 
dan bagaimana  liburan Adipati dan akankah adipati menemukan inspirasi?

Tunggu chapter 02 minggu depan.

catatan: 
1. cerita ini hanya fiktif, apabila ada kesamaan nama, tempat atau yang lainnya penulis minta maaf, karena itu tulis untuk memperdalam cerita.
  2. apabila dari teman-teman ada yang ingin memberikan komentar ataupun saran, silahkan ditulis melalui kolom komentar.

#SalamKreatif