Sabtu, 04 Juni 2016

CerBung: Pemeran Utama (Chapter 03)

             Setelah beberapa hari draf bukunya laras berada di penerbit akhirnya di baca oleh Pak Tono. Seperti yang dikatakan Pak Tono sebelumnya draf bukunya laras belum pasti masuk ke tahap editor.
            Pagi itu handphone jadul laras bergetar di atas meja, ternyata satu pesan dari pak tono. “Laras, draf buku kamu sudah saya baca. Tapi seperti yang saya katakan kemarin, draf buku kamu belum pasti masuk ke tahap editor. Kamu harus menunggu kurang lebih dua bulan untuk kepastian apakah draf buku kamu akan di terbitkan.” Setelah membaca pesan dari Pak Tono, Laras pun tersenyum kegirangan.
            Dan seperti biasa, tape tua milik Laras memutar lagu dari second text yang berjudul if i. Sepertinya memang lagu itu sudah seperti soundtrack hidup laras. Kamar gelap dengan kertas yang berserakan, sudah menjadi teman Laras setiap hari.
           
Adipati memulai semester barunya dengan hati yang ceria. Berangkat ke kampus bersama Anton dan  Roni yang memang satu kampus namun berbeda jurusan. Adipati memanglah mahasiswa yang pintar, Adiptai sejak sekolah dasar hingga sma selalu mendapatkan peringkat di kelas. Nilai adipati pada semester sebelumnya memanglah meningkat, namun nilai adipati masih kalah dengan mahasiswi cantik di kelasnya yang bernama Citra. Dan pada semester ini adipati bertekat untuk mengalahkan Citra.
“Pagi Adipati”, sambut gerombolan mahasiswi yang berada di teras kampus. Memang adipati salah satu mahasiswa yang digandrungi banyak mahasiswi. Selain pintar dalam akademik adipati juga merupakan Kapten tim futsal fakultasnya. “pagi juga”, jawab Adipati dengan tersenyum dan kelihatan lesung pipinya.

Laras berpakaian seadanya keluar rumah, menyusuri trotoar jalanan. Kemudian laras berhenti di sebuah toko buku langganannya. Selain mendengarkan musik laras juga hobi membaca. Selain memang hobinya, dengan membaca buku laras juga dapat menambah referensi dalam menulis. Selain menjual buku, di toko buku tersebut juga terdapat perpustakaan kecil yang menyediakan buku-buku sastra tahun 60-an hingga sekarang. Oleh karena itu laras sering sekali pergi ke toko tersebut. Selain membeli buku-buku terbaru laras juga menyempatkan waktu untuk membaca buku-buku lama.
Setelah selesai membaca beberapa buku dan laras juga sudah mendapatkan beberapa buku terbaru yang akan ia beli. Tak terasa senja sudah tiba, laras pun pulang ke rumah seperti biasa jalan kaki. Menikmati kehangatan mentari sore, dan ramainya jalanan ibu kota, Laras masih tetap setia menyusuri trotoar yang tidak lagi rata.
Pada perempatan lampu merah laras menemukan gulungan koran hari itu, koran yang tidak habis di jual oleh anak-anak jalanan. Laras kemudian mengambil koran tersebut. Pada malam harinya sembari Laras menikmati gelap malam, di balkon rumahnya Laras membaca koran tersebut. Membaca peristiwa-peristiwa yang baru terjadi, padahal laras merupakan orang yang kurang peduli dengan lingkungan di sekitarnya.

Pada hari itu perkuliahan Adipati hingga malam, sebelum pulang ke rumah adipati bersama Roni dan Anton mampir di Cafe Kopisme terlih dahulu. “Kamu gak mau nulis lagi di?”, tanya Roni. “Masih belum semangat mau nulis lagi”, jawab adipati. “Kamu nyerah di”, sahut Anton. “bukan menyerah juga sih, tapi masih belum bisa menemukan inspirasi”, jawab Adipati. "Kita selalu mendukung apapun keputusanmu di, kamu mau jadi penulis kami dukung, mau jadi pengusaha nerusin usaha papa kamu, kami juga dukung”, sahut Roni.
Setelah mereka menyelesaikan makan, dan menikmati secangkir kopi mereka pun pulang. Sesampainya di rumah adipati tidak seperti biasanya, yakni membaca buku. Malam itu adipati mencoba tidak memikirkan apapun yang berkaitan dengan menulis. Adipati membuka komputernya dan memainkan  game-game lama, Adipati mencoba bernostalgia dengan masa kecilnya.
           
            Pada saat membaca koran, Laras berpikir kenapa dia tidak mengirim tulisan-tulisan untuk dimuat di koran. Akhirnya keesokkan harinya, sembari menunggu kepastian drafnya dari penerbit. Keesokan harinya, Laras mencoba datang ke percetakan koran Warta Kota dengan membawa beberapa tulisannya. Namun seperti draf bukunya, Laras tidak langsung mendapatkan kepastian apakah tulisannya akan di muat di kolom koran.
            Pada malam harinya Laras mendapatkan pesan dari Kepala Redaksi Koran Warta Kota, “Setelah saya membaca tulisan kamu, saya menyukai gaya penulisan kamu. Kamu membawa pembaca ke dunia yang kamu inginkan. Jadi, tulisan kamu akan di muat di koran warta kota pada bagian baru pojok penulis. Kamu penulis pertama yang di muat pada bagian tersebut. Dan tulisan kamu akan dimuat pada koran senin, rabu, dan sabtu. Jadi persiapkanlah tulisannya dua hari sebelum percetakan.”
            Laras pun kegirangan setelah membaca pesan tersebut, dia pun semakin bersemangat untuk menulis. Pada malam itu laras habiskan waktunya untuk membaca buku yang ia beli tempo hari. Dan seperti biasa dalam ruang gelap kamarnya bertemankan lagu dari Second Text yang berjudul if i.
           
Adipati sudah mulai melupakan keinginannya untuk menulis. Adipati pun sudah tidak seperti biasanya yang setiap waktu berteman buku-buku sastra baik terbitan baru maupun lama. Kalau biasanya adipati ke kampus tidak lupa membawa buku sastra, namun kini dia tidak lagi. Seperti yang ia inginkan untuk meningkatkan nilainya, kini dia bersungguh-sungguh untuk belajar.

Pada pagi hari sekitar jam 06.00, handphone Laras bergetar namun laras masih terlelap dalam tidurnya, setelah begadang untuk menulis. Siang harinya Laras baru mengecek handphonenya dan membaca tersebut. “Laras tulisan kamu mulai hari ini sudah di muat di koran Warta Kota.” Setelah membaca pesan tersebut pun, dengan wajah yang masih kumal belum cuci muka, laras berlari mencari toko yang jualan koran terdekat. Setelah membeli laras pun membuka halaman demi halaman dan pada halaman ke tujuh di pojok kanan laras menemukan tulisannya. Laras pun menggunakan nama pena LS. Laras tidak lupa bersyukur, dengan begitu laras mendaptkan sedikit penghasilan. Dia pun kini punya kesibukan sembari menunggu kepastian dari draf bukunya.


Pada saat sarapan, salah satu mama adipati memberitahu bahwa ada tulisan bagus di muat di koran. “Di, ini ada tulisan bagus di muat di koran pagi ini. Coba kamu baca, nama penulisnya LS”, “iya ma, nanti aku baca”, jawab adipati. Sebelum berangkat kuliah adipati menyempatkan waktu membaca tulisan tersebut di teras rumahnya. 

Bersambung.

Nantikan kisah selanjutnya, apakah tulisan Laras di kolom koran Warta Kota mendapat respon yang baik? dan apakah yang terjadi setelah Adipati membaca tulisan Laras di koran pagi itu?

Tunggu Chapter 04 minggu depan.

Catatan: 
1. cerita ini hanya fiktif, apabila ada kesamaan nama, tempat atau yang lainnya, penulis minta maaf. Karena itu semua ditulis untuk memperdalam cerita.
2.  Apabila dari teman-teman ada yang ingin memberikan komentar atau pun saran, silahkan ditulis di kolom komentar.

#SalamKreatif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar