Sabtu, 28 Mei 2016

CerBung: Pemeran Utama (Chapter 02)

            Setelah beberapa hari tanpa kabar dari penerbit mengenai drafnya, laras pun berinisiatif untuk mendatangi kantor penerbit tersebut. Keesokan harinya laras pun mencoba sesuatu hal yang jarang ia lakukan. Ia pergi ke kantor penerbit dengan naik kereta kota. Memang tidak seperti biasanya, kemana pun laras pergi biasanya dengan jalan kaki. Menikmati panasnya bumi yang setiap hari diinjak-injak manusia tak berbudi. Laras berharap hari ini ada sesuatu hal yang berbeda setelah draftnya dibaca oleh pimpinan penerbit.
            Apa yang didapat laras tidak seperti yang ia inginkan. Draf yang laras tinggal ternyata hilang. Dan pada pagi itu laras juga tidak dapat bertemu pak Tono pimpinan penerbit.
            “selamat pagi mbak”, sapa seorang pegawai. “iya pagi”, jawab laras. “bapaknya ada gak ya buk?" tanya laras. Jawab pegawai ”bapaknya masih di luar kota, sudah tiga hari ini mbak, besok baru pulang”. “kira-kira draf yang satu minggu yang lalu saya tinggal, sudah dibaca sama bapak belum ya buk?” tanya laras. “draf yang mana ya mbak?”, pegawai justru tanya balik. “kemarin saya meninggalkan drafnya sama bapak Rudi”, jawab laras. “sebentar ya mbak, saya tanyakan ke pak rudi dulu”, jawab pegawai.
            Setelah seorang pegawai menanyakan  ke pak rudi, ternyata pak rudi lupa memberikan draf tersebut ke pak Tono, kemudian drafnya diletakkan di atas lemari di ruang tengah. Kemungkinan draf tersebut dibuang sama OB. Sebelum pulang, pak Rudi menemui laras di depan kantor penerbitan dan meminta maaf ke pada laras.
            Laras berlapang dada atas semua yang terjadi, baginya itu lah hidup.  Kita hanya bisa berencana dan Tuhan yang menentukan hasilnya. Laras tidak berlarut dalam kesedihan. Kaki laras melangkah namun tidak di jalan yang biasanya. Laras berjalan menuju taman kota yang jalannya berlainan arah. Laras mencoba mencari keramaian, untuk mengurangi kesedihan. Namun hati laras tetaplah sepi, meskipun suasana maupun keadaan di sekitarnya ramai. Hati laras tidak dapat dibohongi hanya karena suatu hal yang memang bukan di sukai laras, yakni keramaian.
            Laras duduk di bangku panjang warna putih, meluruskan kakinya ke tanah, mengangkat kepalanya ke arah langit. Dengan mata terpejam, menarik nafas yang panjang, Dan dalam hati laras berkata, semua ini pasti ada hikmahnya.

            Setelah semuanya disiapkan, adipati bersama temannya berangkat ke Lombok. Sesampainya di sana adipati dan temannya langsung menuju salah satu rumah yang ada di dekat pantai. Pada malam harinya mereka bertiga menikmati indahnya malam di bibir pantai. Mereka bercerita mengenang masa kecil mereka. Hingga tak terasa malam sudah larut,mereka bertiga beristirahat di penginapan.
            Besok paginya, adipati di teras penginapan berteman kopi dan sebuah buku “Sayap ku Hilang”. Hingga pada satu titik menemukan sebuah kalimat “Diriku saat ini, seperti burung yang tak lagi bersayap. Mencoba kehidupan yang baru, membiasakan diri tanpa dirimu.”
Setelah buku tersebut selesai dibaca adipati,  anton dan roni baru bangun tidur. Kemudian mereka bertiga mencari sarapan sambil jalan-jalan di kawasan pantai. Setelah itu adipati membaca buku kedua yang ia bawa yang berjudul Lentera, kemudian ia menemukan sebuah kalimat “Dengan ilmu gelap gulita dunia akan terasa fana, jadikan ilmu sebagai penerang dan penuntun mu, jangan sampai ilmu menggelapkan hati dan pikiranmu.”
Adipati pun berlanjut ke buku yang ke tiga yang berjudul Pasung, adipati menemukan sebuah kalimat “Perasaan ini terpasung dalam penjara yang tak berdaya, terbelenggu dalam dungu, semua ini karena kebodohanku tak mampu untuk mengungkapkan.” 
Setelah adipati menyelesaikan ketiga bukunya tak terasa waktu sudah beranjak sore. Adipati kemudian menyusuri pantai menikmati keindahan senja. Duduk sendirian di pinggir pantai, kemudian adipati teringat akan seseorang yang dahulu pernah mengisi hatinya.
 Adipati bukanlah orang yang terobsesi akan cinta. Dari dahulu banyak yang menyukai adipati, tapi hanya satu orang yang membuat hati adipati tertunduk dan sampai sekarang ia masih mencoba untuk melupakannya.
“Adipati, dimana loe!”, teriak anton. "gue disini”, seru adipati. Kemudian anton dan roni mendatangi dan mengajak untuk mencari makan malam. Sebelum tidur adipati mencoba mengulik sebuah cerita di buku catatannya. Mencari tema yang menurutnya tidak biasa, tapi masih belum ia dapatkan.
Setiap hari adipati masih tetap sibuk dengan mencari ide, mengulik catatannya namun adipati masih belum menemukan juga. Setelah empat hari liburan di lombok ternyata adipati tetap belum mendapatkan ide menulis. Mereka pun pulang ke jakarta, dengan muka adipati  yang sedikit kecewa. Dalam hati adipati berkata, “tak semudah yang aku kira”
           
Setelah di taman se-harian, menikmati keramaian yang jarang sekali ia lakukan. Laras yang tidak mau larut kesedihan, kemudian pulang dengan kepala tegak. Meskipun hari ini di luar perkiraan laras. Sesampainya di rumah ia membuka kembali file draf bukunya, di laptop yang terlihat usang di pojok kamarnya. Seperti biasa lagu dari second text, tidak pernah lupa ia putar. Kemudian laras ngeprint kembali drafnya, rencananya besok laras ingin mengajukan kembali draf bukunya ke penerbit.  

            Adipati sudah di rumah, “gimana di, nulisnya?”, tanya mama adipati. “masih tetap buntu ma”, jawab adipati. “ia udah istirahat dulu aja, pasti kamu masih capek”, “iya ma”, jawab adipati. Sebelum tidur adipati masih tetap memikirkan dalam hati berkata, “sepertinya saya menyerah, ini bukan passion saya”.
            Sepulang dari lombok hingga masuk perkuliahan, adipati tidak lagi menulis. Adipati hanya main bersama teman-temannya menghabiskan sisa liburan, seperti mahasiswa lainnya di saat liburan. Tapi satu hal yang tidak pernah adipati tinggal, yakni membaca buku-buku yang terbaru. Tapi tidak seperti ketika semangat menulis adipati masih ada.
           
         Laras kembali mendatangi kantor penerbit buku, kali ini laras datang dengan cara yang berbeda. Dengan cara yang sedikit memaksa, laras akhirnya dapat langsung menemui pak Tono. “maaf soal yang kemarin ya laras”, ucap pak Tono. ”iya gak apa-apa pak, ini drafnya yang baru pak”, jawab laras sambil menyerahkan draf bukunya. “karena kemarin-kemarin banyak sekali draf yang masuk, jadi saya juga belum bisa memastikan apakah draf ini masuk ke tahap selanjutnya”.    

        Setelah menyerahkan draf bukunya ke pak Tono, laras pulang ke rumah. Berharap dalam waktu dekat bukunya dapat diterbitkan.

          Setelah masa liburan selesai, adipati melanjutkan pekuliahannya. Membaca buku-buku sastra masih menjadi hobinya.


Bersambung.

           Nantikan kisah selanjutnya, apakah kali ini draf bukunya laras akan benar-benar terbit? Adipati yang sudah mulai kehilangan semangat menulis, akan kembali menemukan motivasi dan inspirasi?
   
Tunggu chapter 03 minggu depan.

catatan: 
1. cerita ini hanya fiktif, apabila ada kesamaan nama, tempat atau yang lainnya, penulis minta maaf. Karena itu semua ditulis untuk memperdalam cerita.
2.  Apabila dari teman-teman ada yang ingin memberikan komentar ataupunpun saran, silahkan ditulis di kolom komentar.

#SalamKreatif

Sabtu, 21 Mei 2016

CerBung : Pemeran Utama (chapter 01)


          Berjalan seorang gadis di trotoar kota dengan  jaket hitam lusuh, celana robek-robek dan berpunggungkan tas hitam. Sembari berjalan dan menikmati hiruk pikuknya kota tak lupa ia mendengarkan lagu kesayangannya. Sampailah gadis tersebut di sebuah kantor penerbitan buku. Sesampainya disana seorang pegawai bertanya, “selamat pagi mbak, ada yang biasa saya bantu?” “apakah saya bisa bertemu dengan pak Tono” jawab gadis tersebut. “bapaknya barusan pergi mbak”, sahut pegawai. “saya mau nyerahi draf buku saya pak”, jawab gadis itu.
            Pegawai tersebut mengajak sang gadis duduk di kursi depan, kemudian bertanya “kalau boleh saya tahu siapa nama mbak ya?” jawab sang gadis “laras pak”. “begini mbak laras, berhubung bapaknya lagi pergi bagaimana kalau draf bukunya ditinggal dulu aja, ntar saya kasih ke bapak”. Jawab laras “baiklah pak”. Kemudian laras mengeluarkan drafnya yang setebal 100 halaman dari tasnya dan menyerahkan ke pagawai. “ini darafnya pak, kalau begitu saya pulang dulu, kalau ada apa-apa hubungi nomor telepon ini pak”,   kata laras. “iya mbak laras”, jawab pegawai.
            Laras kemudian berjalan menyusuri trotoar dan tidak lupa dia mendengarkan lagu kesayangannya dari second textyang berjudul if i. Berhentilah laras di depan toko kaset, kemudian membeli satu kaset terbaru dari second text. “mbak laras, cuman ini aja mbak?”, tanya kasir. Laras pun menganggukan kepala. Setelah membayar kaset laras pun melanjutkan jalannya dan pulang ke rumah.
            Sesamapinya dikamar, laras menghidupkan tape tuanya dan mendengarkan lagu-lagu terbaru dari second text. Setelah satu album habis diputar, laras pun mengganti dengan kaset lamanya dan mendengarkan satu lagu dan di putar ulang-ulang.
Hidup laras itu seperti lagu if i, yang diputar berulang-ulang. Tapi memang itulah jalan hidup laras. Bertemankan dinding kamar, ruangan yang gelap. Kertas dan pena menjadi saksi bagaimanana laras membuat dunianya.

Adipati masih di dalam cafe kopisme, duduk berjam-jam di depan laptop, bertemankan secangkir kopi hitam serta hidangan kecil di atas mejanya. Tidak lupa ia mencoret-coret buku kecilnya untuk menemukan inspirasi. Tapi yang didapat hanya pusing dan pikiran yang penat. Dalam hati adipati mulai menerka-nerka dan timbullah beberapa pertanyaan. “kenapa saya tidak bisa memulai?”, “harus dengan cara apa aku memulai menulis?”, “apa memang menulis bukan passion saya?”. Pertanyaan-pertanyaan itu mulai membuat adipati putus asa dan seakan ingin berhenti mengejar mimpinya. Tapi disisi lain, mimpi inilah yang dari dulu adipati inginkan.
Kemudian dua orang teman adipati datang dan mengajak adipati untuk jalan-jalan. Sekedar refreshing dan mencari inspirasi menulis untuk adipati. Di tengah-tengah perjalanan anton mencetuskan ide ke adipati “gimana kalau loe (adipati) nyari tempat yang sunyi, sepi, indah. Biasanyakan tempat-tempat seperti itu membuat kita lebih konsentrasi. Siapa tau ntar loe nemuin inspirasi”. “Iya-iya, sambil liburan, tapi kita diajak” sahut roni dengan cepat. “tapi kemana?” tanya adipati. “ke lombok aja, gimana?”, jawab roni. “Iya ntar aku ngomong ke bonyok (bokap nyokap) dulu”, tegas adipati.
Sebelum pulang ke rumah, adipati menyempatkan mampir ke toko buku perdana. Seperti biasa ia membeli buku-buku terbaru untuk ia baca. Sudah terbeli 3 buku baru (sayapku hilang, lentera, dan pasung), kemudian adipati melanjutkan perjalanan pulang ke rumah.
Adipati merupakan anak tunggal dari pengusaha properti. Segala sesuatu yang ia inginkan, pastilah terpenuhi. Kedua orang tua adipati juga tidak hilang kasih sayang. Meskipun sibuk dengan pekerjaan, mereka masih tetap menyempatkan kumpul bareng, liburan, ngopi bareng, nonton dan lain-lainya. Bagi orang tua adipati kasih sayang orang tua tetaplah wajib hukumnya untuk diberikan pada anaknya.
Di saat makan malam adipati menyetuskan ide anton tadi “pa ma, adipati minta liburan donk. Sambil cari inspirasi buat nulis?”. Jawab papanya “tapi kayaknya papa gak bisa nemeni di”. “iya mama juga gak bisa nemeni di. Kemarin kan sudah liburan bareng”, sahut mama adipati. “gak papa, papa sama mama gak bisa nemeni, adipati cuma pengen  nyari suasana yang sunyi buat nulis, tapi sekalian liburan juga, kuliahkan baru libur juga, dan katanya perkuliahan dimulai satu bulan lagi”, rengek adipati dengan muka yang memelas. “iya-iya emangnya kamu pengen kemana?”, tanya papa adipati. “kelombok pa, sekalian ajak anton dan roni”, jawab adipati. “iya udah kalau gitu,besok biarlah pak tejo yag ngatur semuanya”, jawab papa adipati. “maksih pa ma” jawab adipati dengan muka yang sumringah.
Anton dan roni merupakan teman akrab adipati. Mereka berteman sudah sejak TK. Kedua orang tua mereka juga sudah saling mengenal. Kedua orang tua anton dan roni hanya pegawai biasa di perusahan swasta. Jika ada kesempatan pergi, biasanya adipati selalu mengajak anton dan roni.
Adipati sendiri adalah mahasiswa semseter 5 di fakultas ekonomi. Meskipun cita-citanya menjadi penulis, tapi adipati berkeinginan besar meneruskan usaha yang dirintis papanya. Baginya itu adalah bentuk balasan untuk kedua oarang tuanya. Dan menulis hanyalah passion bagi adipati. Ia sangat mengagumi karya-karya sastra yang penuh keindahan.

Laras, masih mendengarkan musik kesayangannya. Ia menghiraukan malam, menghiraukan bulan dan bintang. Baginya malam tetaplah malam yang begitu indah dengan gelapnya,  meskipun tanpa adanya bulan dan bintang. Dengan gelap, cahaya akan terjadi dan menjadi lebih berarti.
Kedua orang tua laras sudah lama bercerai. Laras lebih memilih hidup sendiri, tetapi segala kebutuhan masih berada di tangan kedua orang tuanya. Laras tidak mau memilih salah satu dari kedua orang tuanya. Sesekali laras masih bertemu dengan ayahnya. Tapi dengan ibunya laras hanya bisa berkomunikasi lewat telepon, karena ibu laras sekarang bekerja sebagai TKW di hongkong.
Ketika kedua orang tua laras bercerai, bertepatan dengan laras lulus sma. Dan ternyata itu semua sudah direncanakan oleh kedua orang tunya. Supaya laras dapat memilih hidup bersama siapa. Namun justru hidup sendiri yang diinginkan laras. Setelah itu, laras dicarikan rumah kontrakan dan peralatan-peralatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kemudian laras ditinggal kedua orang tuanya. Tapi kedua orang tua laras tidak tinggal diam begitu saja. Kedua orang tuanya berjanji kepada laras, untuk tetap memenuhi kebutuhan laras hingga laras menikah.
Laras juga sempat masuk di perguruan tinggi, namun hanya sampai semester dua. Ia tidak melanjutkan kuliahnya, karena menurutnya terlalu membebani kedua orang tuanya. Dan satu tahun terakhir ini laras membuat dunianya sendiri. Dengan menulis laras dapat membuat dunianya, dunia fantasi layaknya cinderella, atau dunia horor layaknya cerita rakyat Indonesia. Bahkan laras dapat menciptakan dunia yang selama ini ia ingikan, yakni hidup bahagia bersama kedua orang tuannya. 

 Bersambung.

Nantikan kisah selanjutnya akankah draf yang ditinggal Laras akan jadi dibukukan? 
dan bagaimana  liburan Adipati dan akankah adipati menemukan inspirasi?

Tunggu chapter 02 minggu depan.

catatan: 
1. cerita ini hanya fiktif, apabila ada kesamaan nama, tempat atau yang lainnya penulis minta maaf, karena itu tulis untuk memperdalam cerita.
  2. apabila dari teman-teman ada yang ingin memberikan komentar ataupun saran, silahkan ditulis melalui kolom komentar.

#SalamKreatif

Kamis, 19 Mei 2016

Kopi



            Aku tidak tahu sudah berapa lama aku berteman dengan kopi. Terkadang sudah seperti minum obat 3X sehari dalam menikmati kopi. Sampai-sampai ada teman yang mengejek ku “hitamnya kulitku itu karena aku keseringan minum kopi.” Aku jawab “tapi masih tetap maniskan.”
            Apabila sehari belum ngopi itu seperti ada berbeda, seperti ada yang hilang. Seakan dunia ini menjadi musuh. Tapi disaat ngopi aku mulai berdamai dengan dunia dan waktu.
            Pada dinginnya pagi aku berteman dengan secangkir kopi hitam yang panas. Dan seakan-akan kopi tersebut memberitahu ku, hari-hari yang akan kujalani ini bakal sepahit kopi. Tapi aku tetap menikmatinyaa hingga habis.
            Terkadang untuk berdamai dengan panasnya siang hari, aku butuh segelas es kopi. Dan disaat itulah aku semakin cinta dengan kopi. Dia mau berteman denganku dalam keadaan apapun.
            “Dan bagiku cukup secangkir kopi yang membuatku candu, bukan sebotol minuman keras, yang tidak juga memberikan candu tapi juga memabukan.”
            Kopi ternikmat yang pernah aku minum adalah kopi buatanmu Ibu. Yang tidak hanya dibuat dengan penuh kasih sayang, tapi engkau juga mengaduknya dengan penuh perasaan. Apalagi kopi tersebut dinikmati bersama keluarga yang diiringi canda tawa.
            Dua hal terindah yang dapat aku nikmati secara bersama yakni ngopi bersamamu Bapak. Tak hanya menikmati secangkir kopi, tapi kita juga ngobrol tentang bagaimana kerasnya hidup ini. Terkadang juga ngobrolin politik, ekonomi, dan lain sebagainya, bahkan sampai ngobrolin tentang cinta.
            Karena kebiasaan keluargaku,  adikku yang masih sd sudah mulai kecanduan kopi. Hehehe. Kalau masalah ini jangan salahkan siapa-siapa. Karena saya juga tidak tahu itu salah siapa.
            Bukan salah ibu yang karena membuat. Bukan salah Bapak yang memberi contoh. Bukan salah juga karena yang meminta. Tapi kamu juga jangan menyalahkan kopi . karena kopi tidak tahu apa-apa. Kopi hanyalah salah satu nikmat dunia yang diberikan Tuhan.
            Dan aku berharap kopi ternikmat selanjutnya adalah kopi buatanmu. Secangkir kopi yang kau seduh mewakili ucapan selamat pagimu, yang kau nikmati sebelum aku pergi mencari nafkah yang halal untuk keluarga kita nanti.
            Pesan dariku, “nikmatilah kopi yang berasal dari petani Indonesia. Dan jadikan kopi sebagai salah satu komoditi yang ada di Indonesia.

 Catatan: tulisan ini di tulis tanpa di sponsori merek kopi apapun. Murni karena memang aku penikmat kopi.

Selasa, 17 Mei 2016

Kabar CerBung

Setelah lama tidak menulis, saya bulan kemarin menulis lagi. Dan kelihatannya ada yang baca, walaupun masih sedikit. Saya mengucapakan terimakasih untuk teman-teman yang sudah baca tulisan saya. Bagi yang belum baca, iya silahkan baca terelebih dahulu.
Saya dalam menulis biasanya itu mengenai hidup saya sendiri, atau sesuatau yang pernah saya alami. Dan dalam kesempatan kali ini saya memberikan kabar, bahwasanya saya akan menulis cerita fiksi, cerita fiksi ini merupkan cerita fiksi pertama saya. 
Sebenarnya pengumuman ini akan saya posting besok. Tetapi karena hari ini adalah Hari Buku Nasional, jadi saya posting hari ini,  berharap suatu saat ini saya dapat menulis buku saya sendiri.

Jadi dalam project cerita fiksi pertama ini, saya memberi judul “Pemeran Utama”. Kemudian format dari cerita fiksi ini akan saya buat bersambung atau istilah saya CerBung. Kalau tidak ada halangan akan saya posting setiap malam minggu. Karena pada malam minggu saya tidak ada kerjaan harap maklum karena sayakan. Jawabannya ada di postingan sebelumnya.
CerBung: Pemeran Utama ini bercerita tentang dua orang penulis, yang mempunyai latar belakang berbeda dan cara menulisnya pun berbeda.
Mau tahu mengapa mereka menulis? bagaimana cara mereka menulis? Dan banyak hal-hal yang lain. Silahkan nanti di baca. Kalau tidak mau ketinggalan silahkann ikuti akun google saya. Dan tidak lupa juga kalau ingin memberikan saran atau komentar, silahkan dimasukan di kolom komentar.
Dua tokoh utama dalam Cerbung: Pemeran Utama ini bernama Laras dan Adipati. Bertempat di Ibukota.
Tamabahan: Apabila ada kesamaan nama tokoh, nama merek, nama apa saja. Karena semua nama yang ada di serita ini hanya fiksi belaka, saya gunakan karena untuk memperdalam cerita.
Dan yang terakhir mari ajak teman yang lain juga untuk membaca. Budayakan membaca kemudian berkarya.

Sabtu, 14 Mei 2016

ALON(e)



            Ntah berasal dari apa tiba-tiba aku menggunakan kata ini. Sudah hampir lima bulan kata ini menjadi status di sosial media ku. Ada sebagian dari teman-teman yang mencoba untuk menanyakan “apa artinya itu ALON(e)?”.” Teralu panjang kalau mau menjelaskanya.” Jawabku. Padahal aku juga tidak begitu mengetahui apa arti ataupun filosofi dari kata itu.
            Tapi dalam tulisan ini, aku mencoba untuk menjelaskan. Meskipun jawabannya ngawur dan kelihatan banget kalo ngarang.
            Jadi penjelasannya dalam kata ALON(e) itu terdapat dua kata. Dua kata tersebut berasal dari dua bahasa yang berbeda. Serta dua kata tersebut merupakan perwakilan dari kehidupan dan isi hati ku.
            Yang pertama dari bahasa inggis yakni kata ALONE yang dapat diartikan sendirian. Seperti penjelasan dia atas, jadi kondisi sayasaat ini sedang sendirian. sendirian disini bukan berarti aku hidup sendiri di dunia ini. Iya aku masih punya keluarga, sahabat, teman dll. Pokoknya kalian tau sendirikan, sendirian disini maksutnya apa.
Kenapa saya tidak menggunkan kata jomblo atau single. Karena dua kata tersebut punya arti yang hampir sama. Meskipun kata alone juga punya arti yang hampir sama juga. Tapi setidaknya cari kata yang berbeda. Hehe
            Kemudian yang kedua berasal dari bahasa jawa yakni ALON yaang dapat di artikan lambat. Jadi maksudnya dalam mencari pasangan (pacar) saya tidak terburu-buru. (Padahal penulisnya ini memang gak laku). Dalam mencari pasangan (pacar) itu perlu kehati-hatian. Seperti kata alon  jika diucapkan menggunakan kata ulang alon-alondapat diartikan juga hati-hati.
Tapi jika kamu terlalu lama dalam mencari pasangan (pacar) dan kamu tidak dapat-dapat. Kamu perlu menyiapkan mental yang kuat, karena biarsiaplah kamu akan mandapat bully-an dari teman-teman kalian.
Seperti yang sudah dia alami oleh saya, ALON(e) selama 3 tahun. Bully-an dan hinanaan sudah jadi makan sehari-hari. Bahkan sampai-sampai kesendirian sudah lelah menemani saya. (sedikit curhat)
            Kemarin juga ada yang nanyain “kenapa ada (e) dibelakang?”
Jadi yang terakhir huruf (e) itu  berasal dari kata existenceyang dapat diartikan keadaan hidup. Yakni keadaan hidup yang seperti ini (sendirian) yang sedang di alami penulis. Dan  hal tersebut juga merupakan sebuah komitmen. Komitmen samapai dapat orang yang tepat. 
            Jadi seperti itulah yang bisa penulis jelaskan mengenai ALON(e). Kalau masih belum jelas silahkan tinggalkan pertanyaan di kolom komentar.