Setelah beberapa hari draf bukunya laras berada di penerbit
akhirnya di baca oleh Pak Tono. Seperti yang dikatakan Pak Tono sebelumnya
draf bukunya laras belum pasti masuk ke tahap editor.
Pagi itu handphone jadul laras bergetar di atas meja, ternyata satu pesan dari pak tono.
“Laras, draf buku kamu sudah saya baca. Tapi seperti yang saya katakan
kemarin, draf buku kamu belum pasti masuk ke tahap editor. Kamu harus menunggu kurang
lebih dua bulan untuk kepastian apakah draf buku kamu akan di terbitkan.”
Setelah membaca pesan dari Pak Tono, Laras pun tersenyum kegirangan.
Dan seperti biasa, tape tua milik Laras memutar lagu dari second text yang berjudul if i. Sepertinya
memang lagu itu sudah seperti soundtrack hidup laras. Kamar gelap dengan kertas
yang berserakan, sudah menjadi teman Laras setiap hari.
Adipati memulai semester barunya dengan hati yang ceria. Berangkat
ke kampus bersama Anton dan Roni yang memang
satu kampus namun berbeda jurusan. Adipati memanglah mahasiswa yang pintar, Adiptai sejak sekolah dasar hingga sma selalu mendapatkan peringkat di kelas.
Nilai adipati pada semester sebelumnya memanglah meningkat, namun nilai adipati
masih kalah dengan mahasiswi cantik di kelasnya yang bernama Citra. Dan pada
semester ini adipati bertekat untuk mengalahkan Citra.
“Pagi Adipati”, sambut
gerombolan mahasiswi yang berada di teras kampus. Memang adipati salah satu
mahasiswa yang digandrungi banyak mahasiswi. Selain pintar dalam akademik
adipati juga merupakan Kapten tim futsal fakultasnya. “pagi juga”, jawab Adipati dengan tersenyum dan kelihatan lesung pipinya.
Laras berpakaian seadanya keluar rumah, menyusuri trotoar jalanan.
Kemudian laras berhenti di sebuah toko buku langganannya. Selain mendengarkan
musik laras juga hobi membaca. Selain memang hobinya, dengan membaca buku
laras juga dapat menambah referensi dalam menulis. Selain menjual buku, di toko buku tersebut juga terdapat perpustakaan kecil yang menyediakan buku-buku
sastra tahun 60-an hingga sekarang. Oleh karena itu laras sering sekali pergi ke
toko tersebut. Selain membeli buku-buku terbaru laras juga menyempatkan waktu untuk membaca buku-buku lama.
Setelah selesai membaca beberapa buku dan laras juga sudah
mendapatkan beberapa buku terbaru yang akan ia beli. Tak terasa senja sudah tiba, laras pun pulang
ke rumah seperti biasa jalan kaki. Menikmati kehangatan mentari sore, dan
ramainya jalanan ibu kota, Laras masih tetap setia menyusuri trotoar yang tidak lagi
rata.
Pada perempatan lampu merah laras menemukan gulungan koran hari itu,
koran yang tidak habis di jual oleh anak-anak jalanan. Laras kemudian mengambil
koran tersebut. Pada malam harinya sembari Laras menikmati gelap malam, di
balkon rumahnya Laras membaca koran tersebut. Membaca peristiwa-peristiwa yang
baru terjadi, padahal laras merupakan orang yang kurang peduli dengan
lingkungan di sekitarnya.
Pada hari itu perkuliahan Adipati hingga malam, sebelum pulang ke
rumah adipati bersama Roni dan Anton mampir di Cafe Kopisme terlih dahulu. “Kamu
gak mau nulis lagi di?”, tanya Roni. “Masih belum semangat mau nulis
lagi”, jawab adipati. “Kamu nyerah di”, sahut Anton. “bukan
menyerah juga sih, tapi masih belum bisa menemukan inspirasi”, jawab Adipati. "Kita selalu mendukung apapun keputusanmu di, kamu mau jadi
penulis kami dukung, mau jadi pengusaha nerusin usaha papa kamu, kami juga dukung”,
sahut Roni.
Setelah mereka menyelesaikan makan, dan menikmati secangkir kopi
mereka pun pulang. Sesampainya di rumah adipati tidak seperti biasanya, yakni membaca
buku. Malam itu adipati mencoba tidak memikirkan apapun yang berkaitan dengan
menulis. Adipati membuka komputernya dan memainkan game-game lama, Adipati mencoba bernostalgia
dengan masa kecilnya.
Pada saat membaca
koran, Laras berpikir kenapa dia tidak mengirim tulisan-tulisan untuk dimuat di
koran. Akhirnya keesokkan harinya, sembari menunggu kepastian drafnya dari
penerbit. Keesokan harinya, Laras mencoba datang ke percetakan koran Warta Kota dengan membawa
beberapa tulisannya. Namun seperti draf bukunya, Laras tidak langsung
mendapatkan kepastian apakah tulisannya akan di muat di kolom koran.
Pada malam harinya
Laras mendapatkan pesan dari Kepala Redaksi Koran Warta Kota, “Setelah saya
membaca tulisan kamu, saya menyukai gaya penulisan kamu. Kamu membawa pembaca
ke dunia yang kamu inginkan. Jadi, tulisan kamu akan di muat di koran warta
kota pada bagian baru pojok penulis. Kamu penulis pertama yang di muat
pada bagian tersebut. Dan tulisan kamu akan dimuat pada koran senin, rabu, dan
sabtu. Jadi persiapkanlah tulisannya dua hari sebelum percetakan.”
Laras pun
kegirangan setelah membaca pesan tersebut, dia pun semakin bersemangat untuk
menulis. Pada malam itu laras habiskan waktunya untuk membaca buku yang ia beli tempo hari. Dan seperti biasa dalam ruang gelap kamarnya bertemankan lagu dari Second Text yang berjudul if i.
Adipati sudah mulai melupakan keinginannya untuk menulis. Adipati
pun sudah tidak seperti biasanya yang setiap waktu berteman buku-buku sastra baik
terbitan baru maupun lama. Kalau biasanya adipati ke kampus tidak lupa
membawa buku sastra, namun kini dia tidak lagi. Seperti yang ia inginkan
untuk meningkatkan nilainya, kini dia bersungguh-sungguh untuk belajar.
Pada pagi hari sekitar jam 06.00, handphone Laras bergetar namun laras
masih terlelap dalam tidurnya, setelah begadang untuk menulis. Siang harinya
Laras baru mengecek handphonenya dan membaca tersebut. “Laras tulisan kamu mulai
hari ini sudah di muat di koran Warta Kota.” Setelah membaca pesan tersebut
pun, dengan wajah yang masih kumal belum cuci muka, laras berlari mencari toko
yang jualan koran terdekat. Setelah membeli laras pun membuka halaman demi
halaman dan pada halaman ke tujuh di pojok kanan laras menemukan tulisannya.
Laras pun menggunakan nama pena LS. Laras tidak lupa bersyukur, dengan begitu
laras mendaptkan sedikit penghasilan. Dia pun kini punya kesibukan sembari
menunggu kepastian dari draf bukunya.
Pada saat sarapan, salah satu mama adipati memberitahu bahwa ada
tulisan bagus di muat di koran. “Di, ini ada tulisan bagus di muat di koran
pagi ini. Coba kamu baca, nama penulisnya LS”, “iya ma, nanti aku baca”, jawab
adipati. Sebelum berangkat kuliah adipati menyempatkan waktu membaca tulisan
tersebut di teras rumahnya.
Bersambung.
Nantikan kisah selanjutnya, apakah tulisan Laras di kolom koran Warta Kota mendapat respon yang baik? dan apakah yang terjadi setelah Adipati membaca tulisan Laras di koran pagi itu?
Tunggu Chapter 04 minggu depan.
Catatan:
1. cerita ini hanya fiktif, apabila ada kesamaan nama, tempat atau yang lainnya, penulis minta maaf. Karena itu semua ditulis untuk memperdalam cerita.
2. Apabila dari teman-teman ada yang ingin memberikan komentar atau pun saran, silahkan ditulis di kolom komentar.
#SalamKreatif