Sabtu, 02 Desember 2017

SENJA


Senja,  dulu begitu asing aku rasa,
mungkin karena setiap sore tiba
Dulu aku masih berdesak himpit ditengah kota,
Menerobos ramainya lulu lalang kendaraan yang ada,
Menenteng tas demi suatu gelar sarjana,
Senyum tipis menyertai wajah lelah karena revisi yang di terima,

Rutinitas sore yang kini tak bisa lagi aku ulang,
Begitu lah keindahan yang kelak aku kenang dengan riang,



Kini, senja seakan menjadi teman dekat di kala aku berkarya,
Pada sebidang tanah dari belakang rumah,
Terkadang kau pun hadir dengan sinarnya yang menyengat,
Hingga terasa begitu melekat pada tetean keringat,

Tak jarang pula kau hadir dengan rintihan hujan yang menyertai,
Membasahi badan juga tanah yang membuat kita mensyukuri akan nikmat ini,

Senja kini menjadi saksi begitu pun keringat ini,
Seakan membuat ku jangan dulu menyudahi,

Dahulu bagi ku senja adalah suatu hal yang istimewa,
Karena Indah nya,  sinarnya,  warnanya
Seperti kamu yang dari dulu selalu aku kagumi
Tapi tak mampu bagi ku untuk memiliki,

Sekarang senja seakan menjadi hal yang biasa
Tapi aku belajar banyak darinya,
Ia mampu memberikan ketenangan bagi siapapun yang memandang,
Meskipun hanya sementara,

Senja mengajarkan akan perpiasahan,
Terangnya siang,  akan berganti dengan gelap malam,
Senja mengajarkan akan keikhlasan,
Sesuatu yang nyata akan keberadaanya,
akan berganti dengan hal-hal yang mengandung tanya,

Senja,  semoga kau tetap Setia menemani
Hingga akhir penantian ini. 

Minggu, 16 Juli 2017

KAMU.


Tulisan ini bukan lagi tentang KAMU (yang dulu),  karena KAMU (yang dulu) sudah berubah menjadi dia. Karena KAMU (yang dulu)  sudah menjadi tulisanku yang lalu dan sudah aku anggap seperti prasasti,  yang suatu saat akan aku buka sebagai kenangan agar tak terlupan.

KAMU (yang dulu)  sekarang sudah bersamanya. Dan aku sekarang kembali seperti dahulu sebelum KAMU (yang dulu)  datang. Aku kembali mencari untuk menemukan kemudian mempertahankan agar tak lagi kehilangan. Semoga yang nanti setelah aku temukan kemudian tidak lagi berakhir dengan kehilangan.

Cukup di sini KAMU (yang dulu)  hadir di tulisan ku.

KAMU, bukan lagi KAMU (yang dulu).  Karena KAMU akan aku semogakan untuk hadir dalam tulisan ku yang baru.



Ini tentang kamu,  yang saat ini aku kagumi.
Tapi aku masih ragu dengan rasa ini,
Akankah rasa ini berbalas?
Atau kamu hanya imaji ku saja?
Tapi aku berharap padamu yang saat ini aku kagumi, semoga suatu saat bisa aku miliki.




Mengharapkanmu hadir di tulisan ku,
Menjadikan tulisanku lebih bermakna,
Bukan hanya sekedar rangakian kata yang tertata,

Mengharapkan mu hadir di tulisanku,
Itu yang aku mau,

Menjadikan mu inspirasi dari setiap rasa yang aku cipta,
Itu yang aku mau,

Semoga kau pun juga begitu.



Iya KAMU, yang ada di setiap doa ku.
Yang aku harapkan jadi nyata dari anganku.
Yang aku harapkan jadi penyembuh lara dari semua duka.
Yang aku harapkan jadi tambatan dari semua kegagalan.

Iya KAMU,  yang aku harapkan jadi pendamping di hidupku.