Berjalan seorang gadis di trotoar kota dengan jaket hitam lusuh, celana robek-robek dan berpunggungkan tas hitam. Sembari berjalan dan menikmati hiruk pikuknya kota tak lupa ia mendengarkan lagu kesayangannya. Sampailah gadis tersebut di sebuah kantor penerbitan buku. Sesampainya disana seorang pegawai bertanya, “selamat pagi mbak, ada yang biasa saya bantu?” “apakah saya bisa bertemu dengan pak Tono” jawab gadis tersebut. “bapaknya barusan pergi mbak”, sahut pegawai. “saya mau nyerahi draf buku saya pak”, jawab gadis itu.
Pegawai tersebut
mengajak sang gadis duduk di kursi depan, kemudian bertanya “kalau boleh saya
tahu siapa nama mbak ya?” jawab sang gadis “laras pak”. “begini mbak laras,
berhubung bapaknya lagi pergi bagaimana kalau draf bukunya ditinggal dulu aja,
ntar saya kasih ke bapak”. Jawab laras “baiklah pak”. Kemudian laras
mengeluarkan drafnya yang setebal 100 halaman dari tasnya dan menyerahkan ke
pagawai. “ini darafnya pak, kalau begitu saya pulang dulu, kalau ada apa-apa
hubungi nomor telepon ini pak”, kata
laras. “iya mbak laras”, jawab pegawai.
Laras kemudian
berjalan menyusuri trotoar dan tidak lupa dia mendengarkan lagu kesayangannya
dari second textyang berjudul if i. Berhentilah laras di depan
toko kaset, kemudian membeli satu kaset terbaru dari second text. “mbak
laras, cuman ini aja mbak?”, tanya kasir. Laras pun menganggukan kepala. Setelah
membayar kaset laras pun melanjutkan jalannya dan pulang ke rumah.
Sesamapinya
dikamar, laras menghidupkan tape tuanya dan mendengarkan lagu-lagu terbaru dari
second text. Setelah satu album habis diputar, laras pun mengganti dengan kaset
lamanya dan mendengarkan satu lagu dan di putar ulang-ulang.
Hidup laras itu seperti lagu if i, yang diputar berulang-ulang. Tapi
memang itulah jalan hidup laras. Bertemankan dinding kamar, ruangan yang gelap.
Kertas dan pena menjadi saksi bagaimanana laras membuat dunianya.
Adipati masih di dalam cafe kopisme, duduk berjam-jam di depan laptop,
bertemankan secangkir kopi hitam serta hidangan kecil di atas mejanya. Tidak
lupa ia mencoret-coret buku kecilnya untuk menemukan inspirasi. Tapi yang
didapat hanya pusing dan pikiran yang penat. Dalam hati adipati mulai
menerka-nerka dan timbullah beberapa pertanyaan. “kenapa saya tidak bisa memulai?”,
“harus dengan cara apa aku memulai menulis?”, “apa memang menulis bukan passion
saya?”. Pertanyaan-pertanyaan itu mulai membuat adipati putus asa dan seakan
ingin berhenti mengejar mimpinya. Tapi disisi lain, mimpi inilah yang dari dulu
adipati inginkan.
Kemudian dua orang teman adipati datang dan mengajak adipati untuk
jalan-jalan. Sekedar refreshing dan mencari inspirasi menulis untuk adipati.
Di tengah-tengah perjalanan anton mencetuskan ide ke adipati “gimana kalau loe
(adipati) nyari tempat yang sunyi, sepi, indah. Biasanyakan tempat-tempat
seperti itu membuat kita lebih konsentrasi. Siapa tau ntar loe nemuin
inspirasi”. “Iya-iya, sambil liburan, tapi kita diajak” sahut roni dengan
cepat. “tapi kemana?” tanya adipati. “ke lombok aja, gimana?”, jawab roni. “Iya
ntar aku ngomong ke bonyok (bokap nyokap) dulu”, tegas adipati.
Sebelum pulang ke rumah, adipati menyempatkan mampir ke toko buku
perdana. Seperti biasa ia membeli buku-buku terbaru untuk ia baca. Sudah
terbeli 3 buku baru (sayapku hilang, lentera, dan pasung), kemudian
adipati melanjutkan perjalanan pulang ke rumah.
Adipati merupakan anak tunggal dari pengusaha properti. Segala
sesuatu yang ia inginkan, pastilah terpenuhi. Kedua orang tua adipati juga
tidak hilang kasih sayang. Meskipun sibuk dengan pekerjaan, mereka masih tetap
menyempatkan kumpul bareng, liburan, ngopi bareng, nonton dan lain-lainya. Bagi
orang tua adipati kasih sayang orang tua tetaplah wajib hukumnya untuk
diberikan pada anaknya.
Di saat makan malam adipati menyetuskan ide anton tadi “pa ma,
adipati minta liburan donk. Sambil cari inspirasi buat nulis?”. Jawab papanya
“tapi kayaknya papa gak bisa nemeni di”. “iya mama juga gak bisa nemeni di.
Kemarin kan sudah liburan bareng”, sahut mama adipati. “gak papa, papa sama
mama gak bisa nemeni, adipati cuma pengen
nyari suasana yang sunyi buat nulis, tapi sekalian liburan juga,
kuliahkan baru libur juga, dan katanya perkuliahan dimulai satu bulan lagi”,
rengek adipati dengan muka yang memelas. “iya-iya emangnya kamu pengen kemana?”,
tanya papa adipati. “kelombok pa, sekalian ajak anton dan roni”, jawab adipati.
“iya udah kalau gitu,besok biarlah pak tejo yag ngatur semuanya”, jawab papa
adipati. “maksih pa ma” jawab adipati dengan muka yang sumringah.
Anton dan roni merupakan teman akrab adipati. Mereka berteman sudah
sejak TK. Kedua orang tua mereka juga sudah saling mengenal. Kedua orang tua
anton dan roni hanya pegawai biasa di perusahan swasta. Jika ada kesempatan
pergi, biasanya adipati selalu mengajak anton dan roni.
Adipati sendiri adalah mahasiswa semseter 5 di fakultas ekonomi.
Meskipun cita-citanya menjadi penulis, tapi adipati berkeinginan besar
meneruskan usaha yang dirintis papanya. Baginya itu adalah bentuk balasan untuk
kedua oarang tuanya. Dan menulis hanyalah passion bagi adipati. Ia sangat
mengagumi karya-karya sastra yang penuh keindahan.
Laras, masih mendengarkan musik kesayangannya. Ia menghiraukan
malam, menghiraukan bulan dan bintang. Baginya malam tetaplah malam yang begitu
indah dengan gelapnya, meskipun tanpa
adanya bulan dan bintang. Dengan gelap, cahaya akan terjadi dan menjadi lebih
berarti.
Kedua orang tua laras sudah lama bercerai. Laras lebih memilih hidup
sendiri, tetapi segala kebutuhan masih berada di tangan kedua orang tuanya.
Laras tidak mau memilih salah satu dari kedua orang tuanya. Sesekali laras
masih bertemu dengan ayahnya. Tapi dengan ibunya laras hanya bisa berkomunikasi
lewat telepon, karena ibu laras sekarang bekerja sebagai TKW di hongkong.
Ketika kedua orang tua laras bercerai, bertepatan dengan laras
lulus sma. Dan ternyata itu semua sudah direncanakan oleh kedua orang tunya.
Supaya laras dapat memilih hidup bersama siapa. Namun justru hidup sendiri yang
diinginkan laras. Setelah itu, laras dicarikan rumah kontrakan dan
peralatan-peralatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kemudian laras
ditinggal kedua orang tuanya. Tapi kedua orang tua laras tidak tinggal diam
begitu saja. Kedua orang tuanya berjanji kepada laras, untuk tetap memenuhi
kebutuhan laras hingga laras menikah.
Laras juga sempat masuk di perguruan tinggi, namun hanya sampai
semester dua. Ia tidak melanjutkan kuliahnya, karena menurutnya terlalu
membebani kedua orang tuanya. Dan satu tahun terakhir ini laras membuat
dunianya sendiri. Dengan menulis laras dapat membuat dunianya, dunia fantasi
layaknya cinderella, atau dunia horor layaknya cerita rakyat Indonesia. Bahkan
laras dapat menciptakan dunia yang selama ini ia ingikan, yakni hidup bahagia
bersama kedua orang tuannya.
Bersambung.
Nantikan kisah selanjutnya akankah draf yang ditinggal Laras akan jadi dibukukan?
dan bagaimana liburan Adipati dan akankah adipati menemukan inspirasi?
dan bagaimana liburan Adipati dan akankah adipati menemukan inspirasi?
Tunggu chapter 02 minggu depan.
catatan:
1. cerita ini hanya fiktif, apabila ada kesamaan nama, tempat atau yang lainnya penulis minta maaf, karena itu tulis untuk memperdalam cerita.
2. apabila dari teman-teman ada yang ingin memberikan komentar ataupun saran, silahkan ditulis melalui kolom komentar.
#SalamKreatif
#SalamKreatif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar